"Dagangan Pengungsi" Ala Ban Ki-moon dan Recep Tayyip Erdogan

Kartu Truf Turki Menuju Uni Eropa

"Dagangan Pengungsi" Ala Ban Ki-moon dan Recep Tayyip Erdogan
Sekjen PBB Ban Ki-moon (kanan) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kiri) dalam ajang World Humanitarian Summit (WHS) di Hotel Hilton Istanbul, Turki. FOTO: AFP

Setelah menjadi perdana menteri Turki, Erdogan memenangi pemilihan presiden dengan suara 52 persen pemilih. Dia mengalahkan dua kandidat lain pada pilpres langsung pertama yang digelar di Turki. 

Sudah lama Turki mendambakan diterima sebagai anggota Uni Eropa (UE). Selalu saja kandas. Kini WHS memberi energi dan momentum bagi Erdogan.

Akan halnya Ban Ki-moon, mungkin ini tinta emas bagi mantan menteri luar negeri dan perdagangan Korsel itu. Melengkapi karir cemerlangnya yang sudah dua periode menjadi Sekjen PBB.

Saat berusia enam tahun, Ban mengirim surat kepada Sekjen PBB Dag Hammarskjoeld. Tak jelas suratnya sampai atau tidak. Pada 1962, alumnus Universitas Harvard kelahiran 13 Juni 1944 itu menjadi juara esai Palang Merah Dunia. Hadiahnya, dia tinggal beberapa bulan di San Francisco. 

Dalam kunjungan tersebut, Ban berkesempatan bertemu dengan Presiden John F. Kennedy. "Saya mau jadi diplomat," katanya kala itu.

Kesuksesan WHS mungkin akan membuat dia menjadi diplomat paripurna. Sekaligus mengharumkan nama Korea Selatan. Seperti Samsung, Hyundai, dan berbagai produk elektronik Korsel yang kini merajai dunia.

WHS dan berbagai produk ikutannya juga akan diterima dan dirasakan manfaatnya oleh warga dunia. Ban akan gembira di pengujung jabatannya tahun ini.

Mungkin juga Erdogan. Turki kian tak terbendung untuk menjadi anggota Uni Eropa. Sejak membuka WHS kemarin dan menutupnya hari ini, bahkan setelah itu, Ban dan Erdogan terus semringah. Keduanya mempersembahkan sesuatu yang amat berharga bagi masa depan umat manusia. Sekaligus meraih keinginan dan kepentingan masing-masing. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News