Daging Anjing dan Kucing Kini Terlarang Tomohon, tetapi Kelelawar Masih Digandrungi

Daging Anjing dan Kucing Kini Terlarang Tomohon, tetapi Kelelawar Masih Digandrungi
Rivana Meriske menjual daging kelelawar di sebuah pasar di Tomohon, Sulawesi Utara. (ABC News: Mitchell Woolnough)

"Pasar hewan memiliki potensi penularan yang sangat besar."

"Saya tidak bisa bilang ini jadi bom waktu… tapi pandemi berikutnya akan dipicu oleh intensitas aktivitas yang lebih tinggi antara manusia dan hewan liar."

Akhir tahun lalu, satuan tugas internasional menyampaikan rekomendasinya untuk "mengurangi dampak dan meningkatkan tanggapan" terhadap wabah virus corona di masa depan, termasuk langkah-langkah untuk mengidentifikasi potensi munculnya virus.

Salah satu anggota satuan tugas yang berbasis di Australia, Danielle Anderson, mengatakan kepada ABC dalam kondisi di mana ada peningkatan interaksi antara manusia dan hewan, maka ada kemungkinan potensi penyebaran virus.

Satuan tugas merekomendasikan agar ada "pengawasan cerdas" di lokasi berisiko tinggi, seperti pasar hewan di Wuhan, termasuk pemantauan dan pengambilan sampel serta pemeriksaan orang-orang yang bekerja di tempat-tempat tersebut.

Penjual daging kelelawar di Tomohon mengatakan mereka sadar dengan risikonya, tetapi mengabaikan kekhawatiran tersebut.

"Ketika COVID dimulai, kami dengar kelelawar mungkin menjadi penyebabnya, tapi petugas kesehatan setempat mengambil beberapa sampel dan tidak menemukan buktinya," kata Reike.

Pengujian laboratorium kelelawar dari Pasar Tomohon dilakukan setiap tiga bulan, menurut Karel Lala, dari dinas pertanian dan perikanan pemerintah kota.

Sejumlah pakar penyakit di Indonesia mengatakan perdagangan daging kelelawar yang masih diminati di Sulawesi Utara dikhawatirkan bisa memberikan ancaman bagi kesehatan warga

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News