Daging Mentah

Oleh: Dahlan Iskan

Daging Mentah
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Daging mentahnya tidak terlihat. Dibungkus dengan cuilan "tortila" Ethiopia. "Tortila"-nya digulung. Bukan dibiarkan dalam bentuk lembaran.

"Tortila" Afrika itu bukan dibuat dari tepung gandum. Itu terbuat dari tepung eff. Yakni tanaman seperti untaian padi. Hanya gabahnya sangat kecil. Besaran berasnya sekecil menir. Eff sendiri artinya "hilang". Saking kecilnya. Saat panen bijinya gampang hilang.

Kami pun meninggalkan meja wanita itu. Meja kami sedang dipersiapkan. Restorannya penuh padat. Kami harus menunggu sesaat.

Setelah dapat meja, saya ditanya: makan apa. Saya minta daging bakar seperti di resto Ortodok di Makelle. Tidak ingin yang daging mentah.

Mereka sendiri memesan makanan daging mentah. Dua orang. Teman dan sopir. Saya minum air putih. Mereka minum bir. Saya pun jadi tahu bagaimana cara mereka makan daging mentah.

Rasa daging mentah itu ternyata tidak aneh. Enak. Dagingnya tidak basah. Sama sekali tidak ada sisa darah. Dagingnya juga tidak berair. Rasanya seperti makan sashimi tuna yang sangat segar.

Kembali ke hotel saya diberi tahu: hotel itu milik atlet pelari maraton. Anda kenal namanya: Haile Gebrselassie. Juara Olimpiade. Juara dunia beberapa kali. Juara maraton di mana-mana: Amerika, Jepang, Inggris...

Hotel miliknya tidak hanya di lake side Arba Minch. Haile punya hotel "Haile" di banyak kota. Termasuk di Addis Ababa. Dia juga jadi dealer Hyundai. Kini sedang bersiap memproduksi mobil listrik Hyundai di Ethiopia.

Mereka sendiri memesan makanan daging mentah. Dua orang. Teman dan sopir. Saya minum air putih. Mereka minum bir. Saya pun jadi tahu bagaimana cara mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News