Dahlan Iskan Menulis tentang Khusnul Chotimah yang Selamat dari Bom Bali

Dahlan Iskan Menulis tentang Khusnul Chotimah yang Selamat dari Bom Bali
Dahlan Iskan bersama Khusnul. Foto: Disway

Khusnul lahir di Sidoarjo, Jatim. Dari TK, SD, SMP, sampai SMA sekolah di  Muhammadiyah Sidoarjo.

"Alumnus Muhammadiyah itu jadi korban bom yang diledakkan oleh orang yang mengaku berjuang untuk Islam," tulisan Dahlan.

Ayah Khusnul seorang ustaz. Sang ayah sudah melarang anak wanitanya itu bekerja di Bali. Tetapi Khusnul tidak tahu harus bekerja apa di Sidoarjo.

Diam-diam dia menggadaikan sepeda pancalnya, lalu pergi ke Bali. Di sana dia jadi pekerja sablon. "Nyali Khusnul memang tinggi. Dia pesilat handal Tapak Suci. Levelnya ban hitam," demikian tulisan Dahlan.

Khusnul digembleng sendiri oleh ayahnya yang juga seorang pendekar silat. Namun, kesibukan utama sang ayah jadi penceramah agama di tingkat lokal. "Wajahnya brewok. Jenggotnya panjang," tulisan Dahlan.

Selain itu, Khusnul juga seorang Bonek militan –Bonita, waktu SMA. Dia gemar nonton Persebaya ke Surabaya.

Menurut cerita Khusnul yang ditulis Dahlan, saat di Bali perempuan itu dapat tawaran ke Taiwan, tetapi tidak lama kembali lagi ke Pulau Dewata.

Lalu, Khusnul kawin dengan pemuda asal Sidoarjo yang dia kenal di Bali. Sang suami punya usaha sablon. Mereka pun dikaruniai dua anak. Laki-laki semua.

Beginilah tulisan Dahlan Iskan tentang sosok Khusnul Chotimah, korban bom Bali yang ditemuinya pekan lalu. Perempuan itu kini berusia 52 tahun.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News