Dahlan Iskan Menulis tentang Khusnul Chotimah yang Selamat dari Bom Bali
Malam saat sebelum bom Bali meledak, Khusnul kedatangan suami istri teman baiknya asal Banyuwangi. Ketika sesama suami mengobrol, Khusnul mengajak istri tamu untuk membeli nasi.
"Tidak jauh. Jalan kaki saja. Mereka menyusuri gang menuju jalan raya. Jaraknya hanya sekitar 300 meter," tulisan Dahlan.
Singkat cerita, Khusnul dan istri tamunya membeli nasi Jinggo di pinggir jalan raya.
Jalan raya itu ramai sekali. Dua cafe di dekat Jinggo sudah mulai penuh pengunjung. Sudah pukul 21.00 lebih. Banyak bule di situ.
Jalanan macet. Lalu-lintas tertahan oleh sebuah mobil yang berhenti di tengah jalan, persis di depan penjual Jinggo.
Khusnul pun mendekat ke sepeda nasi Jinggo. Dia memesan enam bungkus. "Tunggu sebentar ya, saya mau bantu dorong mobil mogok itu dulu," tulisan Dahlan menirukan ucapan penjual nasi sebagaimana diceritakan Khusnul.
Khusnul melihat beberapa orang juga menuju mobil mogok itu. Mereka akan mendorongnya rame-rame. Tetapi Khusnul melihat sopir mobil itu baru saja turun. Lalu bergegas naik di boncengan sebuah sepeda motor. Kabur.
Saat mereka mulai mendorong mobil itulah, mobil meledak. Dahsyat. Khusnul terpental jatuh. Terkapar. Penuh luka dan darah. Wajahnya menghitam. Pun tubuhnya. Seperti terbakar.