Opor Bandara
Oleh: Dahlan Iskan
Kemarin, saya memang punya banyak acara di Pondok Pesantren Kajen. Termasuk ke makam KH Sahal Mahfudh. Juga senam bersama mahasiswa di kampus.
Balik dari Pati saya harus ke Lasem. Untuk bertemu teman lama di situ. Kebetulan makam guru saya, Pak Muslich Tamam, ada di sekitar 15 km di selatan Lasem. Saya belum pernah ke makam beliau sejak meninggal 20 tahun lalu.
Dari makam itu tidak mungkin balik ke pantura. Lalu lintas pantura mengerikan. Padat sekali. Lengkap dengan truk-truk gandengnya.
Maka saya coba menembus jalan yang menghubungkan Rembang-Bojonegoro. Yakni yang lewat gunung Kendeng. Saya ingin menuju Padangan lewat Jatirogo. Sekaligus ingin tahu jalan-jalan kabupaten di Bojonegoro.
Dari Padangan saya kembali menembus hutan jati menuju Ngawi. Hore. Ketemu jalan tol lagi. Berarti bisa menulis naskah ini di jalan tol.
Nikmat mana lagi yang masih perlu diingkari. (*)
Dekat bandara itu ada opor enak. Yang santannya sekental susu kental manis yang agak diencerkan.
Redaktur : Adek
Reporter : Tim Redaksi