Dahlan Kabur dari Barak Pengungsi Korban Sinabung
Sesampainya di desa tersebut, kabut masih tebal. Dahlan bersama staf dan camat lalu turun dari mobil. Depu vulkanik pun menyirami kepala mereka. Pak camat pun sempat meminta maaf kepada Dahaln karena lupa membawa masker.
Selesai berkeliling di desa tersebut, Dahlan menuju Desa Naman yang berada sekitar 4 km dari Gunung Sinabung. Sesampai di sana Dahlan melihat ada 2 warga sedang salat subuh, yakni Ustad Ahirta Sitepu dan Rio.
Dahlan pun lalu bergegas salat juga. Usai salat, Dahlan ngobrol dengan Ustad Ahirta Sitepu dan Rio. Dari keterangan keduanya, mereka tidak mengungsi karena menjaga desanya.
Saat di desa itu, Dahlan melihat jelas lahar panas turun dari gunung. Pagi itu rupanya Gunung Sinabung kembali memuntahkan laharnya. Saat yang sama, anjing-anjing yang tak memiliki tuan lagi karena ditinggal mengungsi, saling menggonggong saat terjadi letusan yang mengeluarkan asap sangat hitam.
Setelah memperhatikan peristiwa alam tersebut dan melihat kondisi desa yang tak lagi berpenghuni, Dahlan pun lantas pamit kepada dua ustad tadi. "Subhanallah, ada menteri pagi-pagi ke sini melihat desa kami, menginap dengan pengungsi. Jarang seperti ini," ujar Usad Ahirta Sitepu yang mengantar Dahlan berpamitan.
Jam menunjukkan pukul 05.58 WIB, Dahlan dan stafnya lalu kembali ke Brastagi, ke tempat semula di Jambur Taras.
Tiba di Jambur, Dahlan kemudian disambut anak-anak pengungsi yang akan berangkat ke sekolah. Mereka sudah menanti Dahlan untuk berpamitan sekolah. Dahlan pun langsung menyalami anak-anak tersebut satu persatu sambil berpesan agar giat belajar.
Dahlan kemudian masuk ke dapur pengungsi untuk mengecek masakan sarapan pengungsi. Dahlan juga sempat bermain dan menggendong anak pengungsi dalam pangkuannya. Setelah itu, Dahlan pun kemudian berpamitan kepada pengungsi untuk melanjutkan perjalanan menuju posko pengungsi lainnya.
Beruntung, wartawan Sumut Pos, Laila Azizah diperbolehkan naik satu mobil bersama Dahlan Iskan. Dahlan duduk paling depan di samping sopir, sedangkan wartawan Sumut Pos duduk di bangku tengah dengan diapit dua staf Kementerian BUMN, Aziz dan Faisal.
Dahlan menolak saat diwawancari terkait konvensi Demokrat maupun soal pencapresan dirinya di 2014. Ia hanya mau berkomentar soal Sinabung.
Soal penanganan pengungsi Sinabung, Dahlan menilai kalau adat Karo, misalnya tiap jambur ada di tiap desa membuat pengungsi menjadi lebih baik dibanding pengungsi bencana lain di Jawa yang hanya menggunakan tenda.
"Jambur sangat besar, lantainya bagus dan biasanya kalau ada pesta di jambur orang duduk di bawah sehingga pengungsi saat ini merasa cukup nyaman di jambur tanpa tempat tidur. Lalu, di jambur ada dapur umum sudah jadi. Dapurnya permanen dan ukurannya besar-besar sekali. Wajan yang besar-besar mereka sudah punya, tanpa ada bencana, mereka sudah punya wajan besar. Kemudian alat untuk menggoreng ukuran besar juga mereka juga punya. Toiletnya juga sudah banyak dan permanen juga, itu yang mendukung. Jadi penanganannya sudah bagus," kata Dahlan yang kemudian bergegas turun dari mobil karena sudah tiba di pengungsian Universitas Karo (UKA).
Di lokasi ini Dahlan sempat menyantap sarapan bersama pengungsi. Mereka makan di atas sehelai tikar dengan menu sarapan yang sederhana, sayur dan telur. Dalam sarapan bersama itu, para ibu-ibu pengungsi mengeluhkan kepada Dahlan kalau mereka sudah lama tak mengunyah sirih karena tak memiliki uang.
RASA ingin tahu Dahlan Iskan terhadap erupsi Gunung Sinabung membuatnya nekad 'kabur' sejenak dari tempat menginapnya di barak pengungsi
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408