Dakwah bil Hal: Korporatisasi Usaha Individu Umat Menuju Indonesia Maju

Dakwah bil Hal: Korporatisasi Usaha Individu Umat Menuju Indonesia Maju
Dakwah bil Hal: Korporatisasi Usaha Individu Umat Menuju Indonesia Maju
Untuk lebih memberikan relevansi, dengan tuntutan zaman, dakwah kontekstual harus diperluas maknanya. Bukan hanya yang bisa menjawab kebutuhan saat ini, tapi sudah harus bisa menjawab masa depan. Masa depan tentu erat kaitannya dengan desain. Desain seperti apa yang diinginkan untuk diwujudkan dalam masyarakat Islam Indonesia masa depan.

Desain itu haruslah desain yang bisa mewujudkan cita-cita semua orang. Cita-cita yang sejak kecil diperdengarkan, namun tidak pernah dijelaskan dan tidak pernah ada penjelasan bagaimana road map untuk mencapainya. Yang pertama dalam konteks personal, adalah doa yang kita kumandangkan setiap hari, yang tertera di Surat Al Baqarah ayat 15: Rabbana aatina fi ad-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah wa qina adzabannar. Ya, Tuhan kami, karuniakanlah untuk kami kebaikan hidup di dunia dan akhirat, dan selamatkanlah kami dari api neraka.

Dalam bermasyarakat dan berbangsa, cita-cita itu tertera di Surat Saba ayat 15: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Negeri yang makmur yang penuh dengan pengampunan Tuhan. Indonesia yang adil makmur dengan roh ketuhanan. Itulah cita-cita personal kita sebagai seorang manusia, dan cita-cita komunal kita sebagai bangsa.

Desain dan cita-cita sudah ditetapkan, tapi road map untuk mewujudkan desain itu belum pernah dirumuskan. Karena itu, para pendakwah juga belum bisa secara masif mendakwahkan desain masa depan itu.

ISTILAH "dakwah bil hal" yang sudah begitu populer ternyata merupakan istilah yang hanya digunakan di Indonesia, yang kemudian merembet

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News