Dakwah bil Hal: Korporatisasi Usaha Individu Umat Menuju Indonesia Maju

Dakwah bil Hal: Korporatisasi Usaha Individu Umat Menuju Indonesia Maju
Dakwah bil Hal: Korporatisasi Usaha Individu Umat Menuju Indonesia Maju
Awal 1970-an adalah masa di mana gejolak politik di Indonesia luar biasa mencekamnya. Ini buntut dari peristiwa G-30-S pada 1965 yang menghadapkan golongan Islam dengan golongan komunis. Pada masa itu banyak pemikiran yang muncul untuk menyikapi akan dikemanakan masa komunis yang begitu besar yang pada umumnya rakyat miskin biasa.

Di pihak lain, pada awal Orde Baru, terutama menjelang pemilu model Orba yang ditandai dengan keharusan dimenangkannya Golkar, gerak para pendakwah dipersempit. Singa-singa podium mengalami hambatan untuk berorasi. Maka, sebagai salah satu sikap moderat untuk keluar dari jepitan dua situasi itu, dicarilah istilah yang enak terdengar untuk kalangan penguasa, sekaligus konkret hasilnya bagi rakyat jelata.

"Dakwah bil hal" diharapkan bisa menjawab pertanyaan mengapa begitu besar rakyat kita yang miskin yang akhirnya memilih partai komunis daripada menjadi pemeluk Islam yang baik. Tentu kenyataan itu dianggap sebagai bukti kegagalan misi dakwah Islam.

Sudah tentu, tercapai juga tujuan lain yang lebih taktis. Dengan lebih banyak mewacanakan dakwah bil hal, konotasi kata "dakwah" yang waktu itu terdengar identik dengan suara anti penguasa Orde Baru bisa lebih lunak diterima oleh telinga penguasa.

ISTILAH "dakwah bil hal" yang sudah begitu populer ternyata merupakan istilah yang hanya digunakan di Indonesia, yang kemudian merembet

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News