Dakwah bil Hal: Korporatisasi Usaha Individu Umat Menuju Indonesia Maju
Selasa, 09 Juli 2013 – 04:48 WIB
Ketika tantangan untuk meningkatkan mutu pendidikan lebih tinggi lagi, muncul gerakan baru dari individu-individu muslim nonlembaga keagamaan. Mereka mendirikan lembaga-lembaga pendidikan tanpa mengikatkan diri pada lembaga keagamaan yang sudah ada. Mereka lebih mengutamakan mutu daripada formalitas dan fanatisme keorganisasian. Muncullah sekolah-sekolah bermutu internasional dari individu-individu muslim. Tanpa membawa bendera organisasi agama, yang mereka anggap akan menambah birokrasi yang bisa menghambat usaha menjaga mutu yang harus selalu dinamis.
Mengapa dakwah bil hal pada masa kini lebih banyak bergerak di bidang pendidikan, tentu sesuai dengan tantangan yang dominan di kalangan ummat Islam saat itu: kebodohan, kejumudan, dan ketertinggalan dalam dunia pemikiran. Di samping, sudah tentu, pendidikan sendiri adalah aktivitas yang tidak dipisahkan dari doktrin keagamaan dalam Islam.
Berkembangannya dakwah bil hal di bidang pendidikan sekaligus menandai terjadinya transformasi peradaban. Dari peradaban lisan ke peradaban tulis. Perkembangan peradaban itu membawa konsekuensi pada kehidupan umat. Peradaban lisan di Indonesia bisa diidentikkan dengan peradaban pertanian. Peradaban tulis identik dengan zaman industri.
Belakangan muncul peradaban yang lebih baru lagi: video dan audio. Yang melambangkan peradaban informasi. Perubahan peradaban itu tidak hanya mengakibatkan berubahnya perilaku sosial umat, tapi lebih-lebih juga perilaku ekonomi. Kemajuan perekonomian pertanian terbukti dikalahkan oleh ekonomi industri. Dan, ekonomi industri dikalahkan oleh ekonomi informasi. Teknologi informasi berkembang luar biasa pesat, dan menjadi tulang punggung perekonomian modern.
ISTILAH "dakwah bil hal" yang sudah begitu populer ternyata merupakan istilah yang hanya digunakan di Indonesia, yang kemudian merembet
BERITA TERKAIT