Dampak Bagasi Berbayar: Porter Ditanya Istri, Mengapa Pulang Bawa Uang Sedikit

Dampak Bagasi Berbayar: Porter Ditanya Istri, Mengapa Pulang Bawa Uang Sedikit
Porter di Bandara Syamsudin Noor menunggu penumpang di depan terminal keberangkatan. Pendapatan mereka menurun sejak diberlakukannya bagasi berbayar. Foto: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN/JPNN.com

"Sekarang setiap hari paling membawa pulang uang Rp50 ribu. Istri sampai tanya, kenapa akhir-akhir ini membawa pulang uang sedikit," ucap pria berusia 62 tahun ini.

Minimnya pendapatan terpaksa membuat warga Landasan Ulin, Banjarbaru ini harus mengirit pengeluaran untuk biaya rumah tangga. Sebab, menjadi porter di bandara dirinya harus membayar iuran Rp1,2 juta per bulan. "Kami mangkal di sini bayar. Tapi, pendapatan malah turun," keluhnya.

Nasib sama dialami buruh angkut lainnya bernama Agus, 43. Dia mengaku semenjak bagasi gratis maskapai milik Lion Air Group dihapus, kebutuhan rumah tangganya tak tercukupi.

BACA JUGA: Ya Aneh kalau Bayar Bagasi Lebih Mahal daripada Harga Tiket

"Saya menghidupi istri dan dua anak, sementara pendapatan saya sehari paling Rp50 ribu. Belum lagi harus bayar tempat setiap bulannya," ujarnya.

Dia mengungkapkan, selama belasan tahun bekerja menjadi porter di Bandara Syamsudin Noor, baru awal tahun ini dirinya kelimpungan mencari penumpang yang meminta bawakan barang. "Tahun ini paling parah. Biasanya, sehari saya bisa bawa uang Rp100 ribu sehari," ungkapnya.

Dia berharap, pemerintah dan maskapai dapat mengkaji kembali kebijakan bagasi berbayar. Sebab, membuat semua orang kesulitan. "Penumpang juga mengeluh, karena tidak bisa lagi membawa barang banyak," tuturnya.

Dia menuturkan, baru saja ada salah seorang penumpang yang memilih meninggalkan barangnya, lantaran tak ingin membayar bagasi.

Dampak penerapan bagasi berbayar oleh sejumlah maskapai penerbangan, pendapat para Porter di bandara langsung turun drastis.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News