Dampak Hoaks soal COVID-19 Sangat Berbahaya, tetapi Masih Banyak yang Percaya

"Kemungkinan mereka untuk mencari informasi tandingan agak sulit … jadinya menelan bulat-bulat informasi yang terima di WhatsApp."
"Kasihan kalau informasi itu sampai ke orang seperti bapak saya ... gara-gara ada misinformasi takutnya tidak memaksimalkan ikhtiar dan malah jadi merugikan."
Hilangnya kepercayaan publik
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia mencatat 1.723 sebaran hoaks menyangkut soal vaksin dan COVID-19 sepanjang Januari hingga Juni 2021 di berbagai platform media sosial, terbanyak ditemukan di Facebook.
Menurut laporan terbaru yang dikeluarkan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute, teori konspirasi global COVID-19, seringkali dikaitkan dengan sentimen anti-vaksin, anti Pemerintah Indonesia dan anti-Tiongkok.
Penelitian yang berfokus pada pengguna TikTok di Indonesia tersebut juga menemukan kebanyakan pesan disebarkan oleh mikro-influencer keagamaan.
Dr Yatun Sastramidjaja, salah satu penulis laporan tersebut, mengatakan tren ini mengkhawatirkan.
"Alasan pertama, karena menunjukkan kegagalan kronis Pemerintah untuk mendapatkan kepercayaan publik," jelas Dr Yatun yang juga asisten profesor di University of Amsterdam.
“Ada [juga] ketidakpercayaan yang sudah lama soal motif pemerintah, yang terlihat memprioritaskan kepentingan elit daripada kepentingan masyarakat umum."
Gusman tahu kalau banyak informasi yang salah soal COVID, termasuk teori konspirasi yang beredar
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya