Dan Mantra itu pun Bersemayam di Gunung Sepuh
Berkat penelitiannya juga, pemerintah kolonial Hindia Belanda membangun pabrik belerang Zwavel Ontgining-Kawah Putih.
Tentang Junghuhn dan penelitiannya, diulas cukup baik dalam buku Pameran Memperingati 200 Tahun Peneliti Pulau Jawa Frans Wilhelm Junghuhn (1809-1864): Meneliti, Mengukur, Berselisih karya Gerhard Aust yang diterbitkan Goethe Institut Jakarta.
Pada zaman Jepang (1942-1945), usaha pabrik belerang di puncak Gunung Patuha itu dilanjutkan dengan nama Kawah Putih Kenzanka Gokoya Ciwidey dalam penguasaan militer Jepang.
Goa peninggalan bekas pertambangan belerang itu masih ada. Hanya saja, kini sudah dipalang pakai kayu. Jangankan masuk, berdiri lama-lama di depan goa itu saja dilarang. Katanya, berbahaya buat kesehatan.
Dulu, belerang yang ditambang dari tempat ini diangkut menggunakan kereta. Belanda membangun rel kereta dari Kawah Putih hingga Ciwidey. Kini, meski terputus-putus, rel itu pun masih ada. Melintang di hutan, tepi jalan dan perkampungan.
"Untuk wisata, ada rencana menghidupkan kembali jalur kereta itu," kata Lies Bahunta, Head Ecotourism & Agribusiness Bureau, Perhutani se-Jawa, dalam sebuah perbincangan santai dengan JPNN.com.
***
Berada di ketinggian 2.434 meter di atas permukaan laut dengan suhu antara 8-22°C, akses ke puncak Gunung Patuha, Kecamatan Ciwidey, Bandung Selatan tak lah rumit.
ORANG-ORANG
- Heru B. Wasesa dan Tim Gali Fakta Sejarah Nusantara dari Perspektif Eropa
- Memperingati Kudatuli, PDIP Bersama Korban Rezim Otoriter Tabur Bunga di Kantor Partai
- Festival Maek 2024 Akhirnya Digelar, Kenalkan Sejarah Megalitikum di Minangkabau
- Final EURO 2024 dan Stadion Megah dengan Sejarah Kelam Nazi
- Pemda Batang Sambut Baik Gagasan PMB Tentang Penulisan Sejarah
- Presiden Jokowi Apresiasi Blok Rokan, Ini Paling Terbesar dan Produktif dalam Sejarah