Dana Anagata
Oleh: Dahlan Iskan
Semua orang tahu: uang tidak bisa datang sendiri. Harus punya kendaraan yang bisa dipakai menjemput uang itu.
Kendaraan-kendaraan yang ada rupanya sudah dianggap kelelahan. Termasuk kendaraan yang masih baru: SWL (Sovereign Wealth Fund).
Maka Prof Burhanuddin --kini komisaris utama PT PLN-- punya ide membuat kendaraan yang lebih besar: Danantara. Bentuknya bukan PT. Mirip dengan SWL.
Yang hebat --dan mungkin menyakitkan bagi sebagian orang-- Danantara dibentuk dengan cara memindahkan raksasa-raksasa BUMN ke dalam Danantara. Jumlahnya tujuh raksasa.
Saking besarnya skala tujuh perusahaan BUMN tersebut sampai ada yang mengatakan sisa BUMN lainnya tidak layak lagi disebut BUMN.
Tujuh raksasa itu merupakan mesin uang BUMN yang sebenarnya. Laba tujuh perusahaan itu mencapai 80 persen dari laba BUMN seluruhnya. Pun omzet dan asetnya.
Maka kalau tujuh raksasa itu dipindahkan dari Kementerian BUMN, apakah lagi arti Kementerian BUMN. Termasuk apalah arti menjadi Menteri BUMN. Bisa jadi sisa BUMN yang ada hanya pantas menjadi urusan kementerian UMKM --begitu orang berseloroh.
Anda sudah tahu siapa saja tujuh raksasa yang akan dimasukkan ke dalam Danantara: Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Pertamina, PLN, Bank BNI, Telkom, dan holding-nya perusahaan-perusahaan tambang: MIND ID.
Ide pembentukan Danantara datang dari tim ekonomi masa transisi Presiden Prabowo Subianto: Prof Dr Burhanuddin Abdullah --mantan Gubernur Bank Indonesia.
- Menko AHY Dukung Proyek Infrastruktur Dibangun Swasta, Asalkan
- Skandal Pemasangan Pagar Laut, Legislator NasDem Minta Menteri Trenggono Dievaluasi
- KPK Panggil Direktur Operasi dan Manajemen Risiko PT Taspen Ermanza
- Honorer Desak Prabowo Angkat Guru & Tendik Jadi PPPK Penuh Waktu
- Bukit Wangbuliao
- Indonesia-Singapura Lanjutkan Kerja Sama untuk Investasi hingga Tenaga Kerja