Dana Anagata
Oleh: Dahlan Iskan
Mereka itulah inti dari BUMN dilihat dari kekuatan keuangannya. Dengan kekuatan itu maka Danantara akan menjadi kendaraan yang besar sekali. Bukan saja labanya, tapi, yang lebih penting, adalah kapasitasnya. Yakni kapasitas untuk mencari dana pembangunan.
Kelihatannya sederhana. Kendaraan besar bisa untuk mencari uang besar. Praktiknya tidak sesederhana itu. Terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan untuk membuat Danantara bisa menjadi danantara.
Soal persetujuan DPR mungkin bisa lewat jalan tol. Tapi mengalihkan aset begitu besar tidak bisa cepat. Apalagi ini aset negara.
Belum lagi soal teknis manajerial. Misalnya, apakah Danantara juga akan menjadi pembina manajemen tujuh raksasa BUMN tersebut?
Kalau iya, maka seperti akan terbentuk "kementerian" BUMN yang besar --yang besarnya jauh melebihi kementerian "sisa" BUMN yang ditinggalkan.
Yang lain lagi: apakah Danantara juga akan menjadi kuasa pemilik tujuh raksasa tersebut?
Kalau "ya" berarti harus jadi penentu dalam setiap RUPS mereka. Juga akan jadi penentu direksi dan komisaris mereka.
Praktis akan terbentuk "kementerian" BUMN yang baru. Maka problem BUMN yang lama juga akan pindah ke "kementerian" BUMN yang baru.
Ide pembentukan Danantara datang dari tim ekonomi masa transisi Presiden Prabowo Subianto: Prof Dr Burhanuddin Abdullah --mantan Gubernur Bank Indonesia.
- Menko AHY Dukung Proyek Infrastruktur Dibangun Swasta, Asalkan
- Skandal Pemasangan Pagar Laut, Legislator NasDem Minta Menteri Trenggono Dievaluasi
- KPK Panggil Direktur Operasi dan Manajemen Risiko PT Taspen Ermanza
- Honorer Desak Prabowo Angkat Guru & Tendik Jadi PPPK Penuh Waktu
- Bukit Wangbuliao
- Indonesia-Singapura Lanjutkan Kerja Sama untuk Investasi hingga Tenaga Kerja