Dani Ferdian, Pendiri Dokter Volunteer, Penyebar Prinsip Mengabdi kepada Masyarakat

Prihatin terhadap Orientasi Mahasiswa Kedokteran

Dani Ferdian, Pendiri Dokter Volunteer, Penyebar Prinsip Mengabdi kepada Masyarakat
Dani Ferdian, Pendiri Dokter Volunteer, Penyebar Prinsip Mengabdi kepada Masyarakat

Yang paling mendasar dalam pengabdian seorang dokter, menurut Dani, adalah menolong. "Jangan berpikir terlalu jauh soal pengabdian. Kita bisa memulainya dengan hal-hal yang sederhana. Misalnya, menggelar aksi mengukur tensi (tekanan darah) di pasar atau keramaian umum lainnya. Atau, memberi penyuluhan kesehatan," tuturnya.

Secara umum, aktivitas Dokter Volunteer terbagi dalam tiga bidang. Yakni, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Mulai menyediakan diri seminggu sekali mengajar anak-anak sekolah yang sedang menghadapi ujian akhir, melayani medical complex (farmasi, pengobatan gigi, dan bimbingan psikis), sampai pendampingan usaha ekonomi.

"Kami juga mengadakan penyuluhan kepada anak-anak jalanan, penderita HIV/AIDS, pelatihan P3K, serta sosialisasi kesehatan untuk anak level PAUD sampai lansia," imbuh dokter muda itu.

Sejak didirikan pada 2009, Dokter Volunteer sudah "menjamah" sekitar 50 ribu warga melalui berbagai program dalam 200 kegiatan. Setiap program melibatkan dokter, tenaga medis nondokter, serta para mahasiswa lintas fakultas. Gerakan itu total "beranggota" 200 aktivis, 20 orang di antaranya adalah dokter. Aktivitas mereka masih difokuskan di Jawa Barat dan Banten.

Saat ini Dokter Volunteer masih sebatas gerakan komunitas yang digawangi para dokter muda seperti Dani dan belasan teman lainnya yang baru lulus. Namun, setahun lagi gerakan tersebut ditargetkan sudah berbadan hukum yayasan. Dani cs sedang menyiapkan segala sesuatunya, termasuk menyusun AD/ART guna keperluan pembentukan yayasan itu.

Yang jelas, segala kesibukan dan susah payah membangun Dokter Volunteer tersebut tidak membuat kuliah Dani keteteran. Dia tetap bisa lulus cum laude dengan IPK 3,68 dan sesuai jadwal, yaitu tahun 2013.

"Kalau korban jam tidur, sudah pasti. Tapi, dengan banyak aktivitas, saya merasa waktu saya semakin efektif. Yang penting kerjakan tugas dulu, baru urus kegiatan. Memang jadi tidak sempat main game dan lainnya. Tapi, saya percaya, faktor X juga akhirnya ada," ungkap suami dokter gigi Aristyani Dwi Rahmani yang dinikahi pada Oktober 2013 tersebut.

Berkat konsistensi dan komitmennya yang kuat dalam menjalankan gerakan itu, Dani dinobatkan sebagai Inspiring Student Movement Award 2012 dari Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia serta Young Change Maker 2013 dari Asoka Indonesia.

Tidak sedikit dokter yang mau menyisihkan waktu untuk mengabdi kepada masyarakat di sela-sela kesibukannya di rumah sakit. Misalnya, yang dilakukan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News