Dani Ferdian, Pendiri Dokter Volunteer, Penyebar Prinsip Mengabdi kepada Masyarakat

Prihatin terhadap Orientasi Mahasiswa Kedokteran

Dani Ferdian, Pendiri Dokter Volunteer, Penyebar Prinsip Mengabdi kepada Masyarakat
Dani Ferdian, Pendiri Dokter Volunteer, Penyebar Prinsip Mengabdi kepada Masyarakat

"Saya sempat ditanya saat penganugerahan Young Change Maker, 'Sekarang Anda masih idealis, ke depan bagaimana?' Menurut saya, kegiatan-kegiatan seperti Dokter Volunteer adalah fondasi. Semakin saya dalami, makin banyak pengalaman. Ketika cari uang nanti, saya semakin matang bahwa arah saya ke sini," ujarnya.

Ketika berkeluarga pun, sejak awal Dani mengajak calon istrinya untuk berkomitmen tentang prinsip pengabdiannya itu. Ternyata, sang istri tidak berkeberatan, bahkan mendukung.

"Saya percaya, faktor X selalu ada. Kalau dulu di bidang akademik, mungkin nanti dalam hal materi. Saya tidak khawatir," tegasnya.

Prinsip itu pula yang membuat Dani tidak tertarik meneruskan kuliah untuk mendapat gelar dokter spesialis. Keyakinan tersebut semakin kuat setelah dia mengerjakan skripsi yang diberi judul Gambaran Rencana Masa Depan Pemilihan Profesi Mahasiswa FK.

''Jadi, kayak mapping SDM (sumber daya manusia) lagi. Sebab, hampir 90 persen mahasiswa FK itu hanya kuliah, lulus, lalu ambil spesialis. Jadi, clinic oriented-nya banyak. Lalu, siapa nanti yang urus sistem, urus administrasi, dan sebagainya?'' ungkapnya.

Dani merasa, jika menjadi dokter spesialis, dirinya bisa menjadi patient oriented. Penghasilannya dari orang sakit. Padahal, dirinya tidak mau seperti itu. ''Buat saya, yang penting bagaimana mendorong orang tetap sehat dengan mengatur sistemnya. Biarkanlah teman-teman saya jadi dokter klinis yang nanti menolong orang. Saya mengatur mereka,'' ucapnya.

Di luar itu semua, Dani memang kebanjiran tawaran kerja dan hampir semua berhubungan dengan passion dirinya di bidang pengabdian masyarakat. Beberapa perusahaan dan yayasan meminta Dani menjadi manajer kesehatan untuk membuat program sistem kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.

"Mungkin itu impact kegiatan saya ini. Misalnya, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Wilayah Jawa Barat meminta saya untuk program pengabdian masyarakat. Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia juga menarik saya untuk di situ," katanya.

Tidak sedikit dokter yang mau menyisihkan waktu untuk mengabdi kepada masyarakat di sela-sela kesibukannya di rumah sakit. Misalnya, yang dilakukan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News