Dansa 90

Oleh: Dahlan Iskan

Dansa 90
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Nama itu lantas diganti menjadi Perhimpunan Pelajar Sekolah Menengah Indonesia atau PPSMI. Hanya Tionghoa WNI yang boleh jadi anggota. WN asing hanya boleh jadi anggota istimewa tanpa hak suara.

Sekjen terpilihnya anak Surabaya. Dia tidak mungkin mondar-mandir. Transportasi saat itu tidak semudah sekarang.

Di Surabaya dia tidak mendapatkan SMA yang cocok. Maka dia mengajak satu yayasan Tionghoa untuk mendirikan SMA baru. Dia cari guru-guru terbaik. Sekolah itu diberi nama SMA Erlangga. Di Kaliasin.

Kwik menjadi siswa SMA kelas tiga di situ. Sekaligus pengurusnya. "Tiap bulan saya yang memikirkan gaji gurunya," katanya tergelak-gelak.

Tamat SMA, Kwik ke Jakarta. Kuliah di Universitas Indonesia. Tiga bulan di UI dia ke Belanda. Kakaknya sekolah di sana. Si kakak lagi sakit. Kwik harus menemani di RS selama sembilan bulan –sampai si kakak meninggal dunia.

Selama menunggu kakak itulah Kwik ditanya mau kuliah di mana.

"Cita-cita saya kuliah di London School of Economic. Di Inggris," jawabnya.

"Mau ambil jurusan apa?” tanya si kakak.

Kwik Kian Gie, mantan menko Ekuin dan ketua Bappenas itu, masih mampu berpikir jernih. Ingatan masa lalunya masih terang soal awal persahabatan dengan Megawati.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News