Daoed Joesoef tak Segan Makan Nasi Bungkus sebelum Rapat
Jadi, lanjut Bambang, selama ini ada salah pengertian mengenai NKK/BKK. Seolah-olah politik sama sekali tidak boleh dipelajari di lingkungan kampus.
Padahal, menurut Daoed, hanya politik praktis yang tidak boleh dicampuradukkan dengan keilmuan.
Sebab, dikhawatirkan, dinamika akademisi kampus akan cenderung memihak sesuai dengan ideologi politik yang dianut.
Di luar soal kebijakannya sebagai menteri, Daoed merupakan sosok yang penuh ’’warna’’. Dia pernah duduk di birokrasi, tapi juga akademisi sekaligus penulis.
Pada usia 77 tahun, direktur CSIS (Center for Strategic and International Studies) 1970–1973 itu sempat menelurkan novel setebal 408 halaman bertajuk Emak. Juga, terus aktif menulis di berbagai surat kabar nasional.
Kendati pernah menjabat menteri pada era Orde Baru, Daoed pernah pula menolak jabatan di kabinet sebagai gubernur Bank Indonesia.
Sri Edi Swasono, salah seorang mantan mahasiswanya di Universitas Indonesia, memuji Daoed sebagai sosok yang terbuka dan bersahabat.
’’Waktu saya selesai menempuh doktor di Amerika dan main ke Prancis, Pak Daoed ini malah senang saya dapat doktor dulu, sedangkan dia belum,’’ ungkapnya.
Banyak kalangan menilai Daoed Joesoef saat menjadi menteri telah mengebiri kebebasan mahasiswa dengan kebijakan NKK/BKK.
- 3 Korban Longsor di Purworejo Ditemukan Sudah Meninggal Dunia
- Bocah SD yang Terseret Arus Banjir Ditemukan Tim SAR Gabungan, Begini Kondisinya
- Antisipasi Kenaikan Kasus DBD, Dinkes Sumsel Akan Sebar Larvasida ke Kabupaten Kota
- Romo Johannes Hariyanto Pimpin Misa Penutupan Peti Jenazah Emmanuel Setiyono
- Berita Duka, Emmanuel Setiyono Meninggal Dunia
- Kecelakaan di Tol Cipularang, Sopir Truk Trailer Tersangka