Dapat Ilmu Baru, PT MRT Jakarta Optimistis Samai Kesuksesan Jepang

“Kemudian integrasi layanan itu harus satu standar internasional, sehingga bisa memberikan kepuasan bagi pelanggan dan integrasi data harus ada satu big data digital dan kita baru start,” katanya.
Selain itu, upaya integrasi harus melibatkan pemerintah dan sektor swasta, kata dia.
Tuhiyat mengakui bahwa pembangunan TOD MRT Jakarta di enam stasiun —Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Blok M, ASEAN, Istora Senayan dan Dukuh Atas— mengalami keterlambatan dalam pembangunan fase 1 MRT.
“Seharusnya membangun track railway dibarengi dengan pembangunan TOD. Kawasan ke utara fase 2 mungkin east-west itu kita akan bareng pembangunannya supaya tidak terlambat,” katanya.
Sebab, kata dia, pertambahan penumpang (ridership) diawali dengan adanya pembangunan kawasan, sehingga orang bisa lebih mudah menjangkau stasiun.
Dalam kesempatan sama, Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta Farchad Mahfud mengaku optimistis bahwa pihaknya bisa mewujudkan TOD yang minim hambatan seperti di Jepang.
“Kalau di Jepang bisa, di Indonesia pasti bisa. Indonesia perlu waktu pembelajaran bagi publik terkait praktik baik yang diterapkan di luar negeri dan itu bisa diterapkan di Indonesia,” katanya.
Menurut Farchad, pengembangan TOD memiliki dampak kultural yang akan mengubah kebiasaan orang, sehingga publik harus dibuat nyaman terlebih dahulu dan dengan sendirinya akan memberikan dukungan.
Meski ketinggalan 65 tahun, PT MRT Jakarta yakin bisa merealisasikan sistem yang serupa dengan milik Jepang
- Libur Lebaran 2025, MRT Jakarta Beroperasi hingga Tengah Malam
- Kehadiran LRT Jabodebek Turut Tingkatkan Aspek Sosial & Perekonomian Indonesia
- Menlu China Minta Warga Jepang Setop Dukung Taiwan, Ungkit Dosa Era Perang Dunia II
- Arbani Yasiz Ungkap Alasan Melamar Kekasih di Jepang, Ternyata
- GYS Luncurkan Baja Tahan Gempa Plus, Lebih Hemat Biaya
- BNI Bersama JCB Gelar Lucky Draw Berhadiah ke Universal Studio Jepang