Dari Bandung Nekat Tur di 20 Kota Eropa, Nyaris Ditangkap Polisi
’’Kami biasanya dapat giliran tampil jam 10 malam. Kami bawain 8–10 lagu seperti Bandung Pride, Lawan, Salam Pebebasan, dan Revolusi Sunyi. Biasanya lagu Bless The Punk jadi lagu penutup kami,’’ kata Vincent.
Para penonton tidak sungkan untuk ikut bernyanyi, berteriak, dan bahkan bergoyang bersama Jeruji. ’’Padahal, kebanyakan lagu kami berbahasa Indonesia. Beberapa bahasa Inggris. Tapi, mereka juga tidak mengerti liriknya,’’ ungkap Ginan yang mengaku masih terheran-heran dengan sambutan penonton yang luar biasa itu.
Jika dibandingkan dengan band hardcore punk Eropa, Jeruji boleh diadu. Buktinya, banyak orang yang awalnya memandang sebelah mata Jeruji, tapi malah terkagum-kagum setelah melihat performance mereka.
’’Mereka malah bilang kami enggak cocok manggung di bar. Kami kelasnya sudah festival. Bukan bar lagi,’’ cerita Vincent.
Setelah Jeruji selesai manggung, crowd ternyata tidak bubar begitu saja. Mereka menunggu Jeruji untuk bisa menyapa, berkenalan, dan mengobrol dengan bahasa Inggris seadanya. Tidak sedikit juga yang meminta tanda tangan dan kenang-kenangan dari Jeruji.
’’Katanya untuk bukti kalau nanti kami main di festival, mereka akan dengan bangga bilang sudah pernah menonton pertunjukan kami di bar,’’ tutur Vincent.
Menurut Ginan, apresiasi penggemar musik di Eropa patut diacungi jempol. Tidak hanya datang untuk menikmati musik, mereka juga menginginkan merchandise dari Jeruji.
Andre, sang gitaris, mengakui hal tersebut. Menurut dia, hal itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dari 100 keping CD, 100 T-shirt, dan 20 topi, semua ludes di kota keempat. Yang tersisa hanya stiker yang memang sengaja mereka bagikan gratis.