Dari Kampung Laut ke Sekolah Dokter
Oleh Dahlan Iskan
Tahun ini, seperti tahun lalu, Kaltara juaranya. Terbanyak mengirim calon mahasiswa: 65 orang. Mereka dari perbatasan dan dari pedalaman. Termasuk banyak yang dari Suku Dayak.
Gadis-gadis Dayak nanti pasti mengagetkan orang di Tiongkok sana: kok kulitnya begitu kuning? Kok matanya juga sipit? Pasti banyak yang mengira mereka penduduk asli Tiongkok.
Kelak. Kalau mereka sudah bicara dengan logat sana. Bahkan mereka ini, sumpah, bisa terlihat lebih cantik-cantik.
Dari Surabaya Mufida nanti bisa pamit ke orang tua lewat telepon. Utrek tidak bisa. Orang tua Utrek tidak punya handphone.
Dan lagi tidak ada sinyal di kampungnya. Ia akan memberi tahu keadaannya lewat keluarga. Yang tinggal di kota. Untuk disampaikan ke orang tuanya. Kapan-kapan.
Saya pun kini semakin siap. Untuk kalah telak. Dengan mereka itu nanti. Dalam berbahasa Mandarin.
Di pondok-pondok pesantren seperti Genggong (Probolinggo), Bumi Sholawat (Sidoarjo), Amanatul Ummat (Pacet) sudah banyak yang berbahasa Mandarin lebih baik dari saya.
Kian lama kian populer program beasiswa yayasan kami. Alhamdulillah.