Dari Malari hingga Malapetaka Morowali
Oleh Dhimam Abror Djuraid
Pada saat itu kebijakan ekonomi Presiden Soeharto menjadi sorotan tajam. Rezim Orde Baru mewarisi ekonomi yang berantakan dari era Sukarno.
Salah satunya ialah inflasi yang membubung tinggi. Utang luar negeri juga menumpuk.
Soeharto berupaya menutup utang warisan Orde Lama dengan memasukkan investasi asing sebanyak mungkin. Indonesia berpaling kepada Amerika Serikat untuk mendapatkan investasi di bidang energi dan tambang.
Dari situ masuklah investor kakap, seperti Freeport McMoRan yang berinvestasi di pertambangan emas dan tembaga di Papua.
Selain Amerika, Jepang juga menjadi sumber investasi yang sangat penting bagi Indonesia. Jepang bahkan mengungguli Amerika dalam produksi otomotif Berbagai alat transportasi, elektronik, dan barang-barang konsumen terlihat lebih didominasi produk Jepang.
Strategi investasi yang sangat bergantung kepada asing ini menjadi sasaran kritik keras mahasiswa. Elite politik di lingkaran Soeharto terpecah menghadapi isu ini.
Salah satu persaingan paling keras terjadi antara kubu Jenderal Soemitro melawan kubu Ali Moertopo.
Soemitro sebagai Deputi Panglima Angkatan Bersenjata dan Panglima Kopkamtib merupakan jenderal yang berpengaruh dalam mengendalikan keamanan dalam negeri.
Kerusuhan Morowali yang melibatkan TKA China dan pribumi mengingatkan akan Malari. Ada unsur kemiripan antara Malari dengan kerusuhan Morowali.
- TKA di Tangerang Raya Meningkat, Imigrasi Perketat Pengawasan
- Tindak Lanjut Peluncuran Golden Visa, Kantor Imigrasi Bekasi Gelar Sosialisasi
- Program Iksan Baharuddin Lengkap, Masyarakat Desa Laroue Morowali Beri Sanjungan
- Lari Pagi Bareng Warga, Iksan Baharuddin jadi Rebutan untuk Berswafoto
- BMKG: Garut Diguncang Gempa Magnitudo 5,0
- Pemimpin Peduli, Iksan Baharuddin Disambut Hangat Masyarakat Desa Padei Darat