Dari Malari hingga Malapetaka Morowali
Oleh Dhimam Abror Djuraid
Soemitro benar-benar tersingkir, sementara Ali Murtopo masih tetap menjadi orang kepercayaan Soeharto. Sampai sekarang dalang sesungguhnya yang mengotaki Malari belum terungkap.
Hal yang sama terjadi pada gerakan mahasiswa 1998 yang akhirnya menjatuhkan rezim Soeharto. Ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR RI.
Namun, jauh dari gedung DPR, ribuan orang menjarah dan membakar pertokoan maupun pusat perbelanjaan. Perempuan-perempuan Tionghoa menjadi sasaran pemerkosaan.
Relasi rasial yang rapuh antara etnis Tionghoa dengan pribumi masih menjadi persoalan laten yang setiap saat bisa pecah.
Dalam dua kasus kerusuhan besar itu, etnis Tionghoa menjadi sasaran amuk massa karena dianggap sebagai simbol ketimpangan ekonomi hasil dari pembangunan yang tidak merata.
Kasus kerusuhan Morowali menjadi alarm bagi Presiden Jokowi untuk melakukan koreksi terhadap berbagai kebijakan ekonominya.
Jokowi melakukan pendekatan pembangunanisme yang mirip dengan Orde Baru. Jokowi sangat berambisi mengejar pertumbuhan ekonomi melalui investasi asing, terutama dari China.
Jokowi membanggakan ekonomi Indonesia yang tetap tumbuh dalam kondisi internasional yang terperangkap resesi.
Kerusuhan Morowali yang melibatkan TKA China dan pribumi mengingatkan akan Malari. Ada unsur kemiripan antara Malari dengan kerusuhan Morowali.
- TKA di Tangerang Raya Meningkat, Imigrasi Perketat Pengawasan
- Tindak Lanjut Peluncuran Golden Visa, Kantor Imigrasi Bekasi Gelar Sosialisasi
- Program Iksan Baharuddin Lengkap, Masyarakat Desa Laroue Morowali Beri Sanjungan
- Lari Pagi Bareng Warga, Iksan Baharuddin jadi Rebutan untuk Berswafoto
- BMKG: Garut Diguncang Gempa Magnitudo 5,0
- Pemimpin Peduli, Iksan Baharuddin Disambut Hangat Masyarakat Desa Padei Darat