Dari Pakai Batik ke Kantor Hingga Menjadi Jembatan Sains, Inilah Tiga Saintis Perempuan Indonesia di Australia

Saat ditanya mengapa memilih berkiprah di Australia, Dina mengaku kesempatan yang dia dapatkan justru dari Australia.
"Kesempatan yang sesuai dengan skill set yang saya punya dan bekerja pada institusi yang menjadi idola banyak lulusan bidang sains," kata Dina yang juga lulusan Institut Pertanian Bogor dan Institut Teknologi Bandung.
"Pada institusi ini kita bisa bekerja bersama world class scientists, mendapat gemblengan dan bimbingan dari mereka, baik dari sisi sains maupun etika kerja secara umum," tambah Dr Dina.
Ditanya soal nasionalismenya sebagai orang Indonesia, Dina mengatakan ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk.
"Bagi saya, tidak perlu dalam bentuk yang mewah. Memakai baju batik ke kantor saja sudah bisa dilihat sebagai bentuk nasionalisme sejati," kata Dr Dina.
Dina tertarik dengan tanaman karena ia mengatakan tanaman dan pepohonan adalah satu-satunya organisme besar di dunia yang memiliki klorofil.
"Mereka bisa "memasak" makanannya sendiri dari bahan-bahan mentah (mineral) yang ada di tanah dan udara," jelasnya.
"Bukan hanya itu, pohon dan tanaman juga satu-satunya organisme besar yang bisa menghasilkan oksigen yang kita semua butuhkan," kata Dr Dina.
Tiga saintis perempuan asal Indonesia ini tinggal di Australia dan berkiprah di tingkat dunia
- Warga Indonesia Rayakan Idulfitri di Perth, Ada Pawai Takbiran
- Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun
- Dunia Hari Ini: Mobil Tesla Jadi Target Pengerusakan di Mana-Mana
- Kabar Australia: Pihak Oposisi Ingin Mengurangi Jumlah Migrasi
- Dunia Hari Ini: Unjuk Rasa di Turki Berlanjut, Jurnalis BBC Dideportasi
- Dunia Hari Ini: Kebakaran Hutan di Korea Selatan, 24 Nyawa Melayang