Dari Pakai Batik ke Kantor Hingga Menjadi Jembatan Sains, Inilah Tiga Saintis Perempuan Indonesia di Australia

Dari Pakai Batik ke Kantor Hingga Menjadi Jembatan Sains, Inilah Tiga Saintis Perempuan Indonesia di Australia
Dina Yulia PhD merupakan peneliti pada CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation), Lembaga Riset Sains Nasional Australia sejak 2011. (Koleksi pribadi)

Baginya, nasionalisme adalah soal sentimen kebanggaan terhadap asal-usul dirinya.

"Saya bangga dengan that part of me, 50 persen genetika-ku, sejarah Indonesia, kekayaan budayanya, keindahan alamnya, banyak hal lainnya."

Menyuarakan pemikirannya soal Indonesia adalah bentuk kontribusi Ines sekaligus dukungannya terhadap ilmuwan di Indonesia yang sering berhadapan dengan risiko.

Di awal pandemi, sejumlah ilmuwan merasa jika pendapat ilmiah mereka tidak didengar atau bertentangan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia.

"Kita harus mampu mengkritik diri kita sendiri. Kalau nasionalisme itu berarti kita tidak bisa mengkritik diri kita sendiri, menurut saya itu berbahaya."

Turut serta memajukan dosen dan peneliti di Indonesia

Sudah sejak tahun 2018, Profesor Rini Akmeliawati mengajar di University of Adelaide sebagai dosen di jurusan Teknik Mesin dan kepala program Mekatronika dan Robotik.

Namun hubungannya dengan Australia sudah dimulai sejak than 1990 saat ia mendapat kesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar tingkat SMA di Maffra, sebuah kota kecil berjarak lebih dari 200 kilometer dari Melbourne

Rini pernah setahun kuliah di Teknik Elektro ITB dan mendapat beasiswa dari RMIT Melbourne jurusan Teknik Elektro.

Tiga saintis perempuan asal Indonesia ini tinggal di Australia dan berkiprah di tingkat dunia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News