Dari Pakai Batik ke Kantor Hingga Menjadi Jembatan Sains, Inilah Tiga Saintis Perempuan Indonesia di Australia
Baginya, nasionalisme adalah soal sentimen kebanggaan terhadap asal-usul dirinya.
"Saya bangga dengan that part of me, 50 persen genetika-ku, sejarah Indonesia, kekayaan budayanya, keindahan alamnya, banyak hal lainnya."
Menyuarakan pemikirannya soal Indonesia adalah bentuk kontribusi Ines sekaligus dukungannya terhadap ilmuwan di Indonesia yang sering berhadapan dengan risiko.
Di awal pandemi, sejumlah ilmuwan merasa jika pendapat ilmiah mereka tidak didengar atau bertentangan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia.
"Kita harus mampu mengkritik diri kita sendiri. Kalau nasionalisme itu berarti kita tidak bisa mengkritik diri kita sendiri, menurut saya itu berbahaya."
Turut serta memajukan dosen dan peneliti di Indonesia
Sudah sejak tahun 2018, Profesor Rini Akmeliawati mengajar di University of Adelaide sebagai dosen di jurusan Teknik Mesin dan kepala program Mekatronika dan Robotik.
Namun hubungannya dengan Australia sudah dimulai sejak than 1990 saat ia mendapat kesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar tingkat SMA di Maffra, sebuah kota kecil berjarak lebih dari 200 kilometer dari Melbourne
Rini pernah setahun kuliah di Teknik Elektro ITB dan mendapat beasiswa dari RMIT Melbourne jurusan Teknik Elektro.
Tiga saintis perempuan asal Indonesia ini tinggal di Australia dan berkiprah di tingkat dunia
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina