Dari Pakai Batik ke Kantor Hingga Menjadi Jembatan Sains, Inilah Tiga Saintis Perempuan Indonesia di Australia
Lulus sebagai mahasiswa terbaik, ia kemudian mendapat beasiswa S3 di University of Melbourne di bidang control system engineering (teknik sistem kendali) tanpa melalui jenjang S2.
"Riset saya berhubungan dengan desain sistem kendali otomatis untuk pesawat terbang," katanya.
Rini juga pernah mengajar di Monash University di Malaysia dan International Islamic University Malaysia.
"Saya mengajar di IIUM selama 10 tahun dan pada tahun 2012, saya dianugrahi titel Professor penuh di bidang Mekatronika dan Teknik Sistem Kendali ," kata Rini.
Hingga akhirnya ia kembali ke Australia.
"Alasan saya kembali ke Australia adalah karena anak saya sedang kuliah di Australia, jadi sekalian menemani dan juga alasan professional karena saya merasa lebih banyak kesempatan untuk riset di sini.
Meski sudah menghabiskan sebagaian besar kehidupan profesionalnya di luar Indonesia, Rini mengatakan ia tidak pernah mendapat pertanyaan soal nasionalisme.
"Mungkin ini pertama kali saya ditanya," katanya sambil tertawa.
Tiga saintis perempuan asal Indonesia ini tinggal di Australia dan berkiprah di tingkat dunia
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Digitalisasi untuk Mendorong Pengembangan Pariwisata Indonesia Perlu Dilakukan
- Universitas Bakrie Jadi Jembatan Pengembangan Industri Halal Antara Indonesia dan Filipina