Dari Parit ke Xinjiang

Oleh Dahlan Iskan

 Dari Parit ke Xinjiang
Dahlan Iskan di Xinjiang, Tiongkok. Foto: disway.id

Saya ingin membandingkan dengan A380 milik Dubai --Emirate Airlines. Yang sering saya tumpangi.

Ternyata beda jauh sekali. Emirates terasa lebih wah --mewahnya.

Bagaimana dengan A380-nya Singapore Airlines? Saya tidak tahu. Saya sudah lupa ada nama itu. Yang zaman dulu begitu saya puja.

Namun di Beijing saya tidak bisa berkutik. Pesawat saya mendarat tepat sehari sebelum HUT Kemerdekaan ke-70 Tiongkok.

Hotel saya di kawasan Wang Fujing. Tidak jauh dari Tian An Men dan Forbidden City. Jalan-jalan di sekitar hotel ditutup.

Saya juga sudah telat --kalau ingin mengurus administrasi untuk hadir di acara besar itu. Semua toko tutup. Mal tutup.

Ya sudah. Di kamar saja. Dua hari. Sudah sebulan tidak punya waktu membaca.

Di hari kedua saya bisa keluar kamar, tetapi juga tidak bisa ke mana-mana. Penuh manusia. Tian An Men ditutup. Forbidden City juga.

Provinsi otonomi Xinjiang --yang mayoritas Islam-- berbatasan dengan begitu banyak negara. Dulu saya pernah ke Xinjiang, tetapi hanya di ibu kota provinsinya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News