Dari Pedalaman Papua, Kartini-Kartini ini Terinspirasi Berkat IPN
Sedangkan Wilma Sasaki, memutuskan menjadi sukarelawan karena suaminya adalah karyawan Freeport, dan ia sebagai istri, merasa terpanggil untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pada 2011, dia mulai bergabung menjadi anggota ibu PKK Tembagapura. Seperti kebanyakan ibu PKK lainnya, dia mengajari ibu-ibu masyarakat di Kampung Banti dan sekitarnya untuk merangkai bunga dari bahan daur ulang, menganyam, dan lainnya.
Karena sering ke kampung-kampung, ia melihat banyak anak-anak usia sekolah dasar belum mengenal huruf, bahkan memegang alat tulis saja tidak bisa.
Ibu dari lima anak ini memutuskan untuk fokus mengajar pendidikan anak usia dini (PAUD).
Pada April 2012 bersama dengan ibu-ibu PKK Tembagapura dan persatuan wanita gereja, ia membuka PAUD pertamanya di Kampung Kimbeli.
"Aktivitas ini adalah multiplier effect positif dari keberadaan Freeport untuk masyarakat sekitar. Freeport juga kerap mendukung tumbuh kembang anak melalui kegiatan komunitas seperti, pemberian sepatu untuk anak, alat tulis untuk anak, dan program cuci tangan dengan sabun," katanya.
Tak hanya mengajar, bersama ibu-ibu PKK lainnya, dia juga memberikan makanan sehat tambahan dan melatih para ibu menganyam sembari menunggu anaknya belajar.
Suatu kebagiaan tersendiri bagi Wilma saat bertemu dengan salah satu muridnya yang sudah duduk di bangku sekolah dasar. Apalagi setelah anak didiknya bisa membaca menulis dan berhitung.(chi/jpnn)
Sosok Hermina Kosay dan Wilma Sawaki bisa disebut sebagai Kartini di masa kini.
Redaktur & Reporter : Yessy
- Sepakat, Antam Beli Mayoritas Emas Produksi Freeport
- Aset MIND ID Tumbuh 57,22 Persen dalam 5 Tahun, Kini Capai Rp 260 Triliun
- Humas Pegadaian Raih Penghargaan Sebagai Kartini Sahabat Humas Indonesia
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Akademi Sepak Bola Freeport Gaet 30 Anak Papua Jadi Siswa Baru