Dari Peluncuran Buku Koruptor Go To Hell Karya Bibit Samad Riyanto

Kasus Antasari Jadi Momentum Serang KPK

Dari Peluncuran Buku Koruptor Go To Hell Karya Bibit Samad Riyanto
Foto : Agus Wahyudi/JAWA POS
 

Bibit juga mengurai lebih panjang anatomi korupsi di negerinya. Dia menceritakan dengan bahasa yang cair dan lugas soal maraknya kasus korupsi. Dia merata-rata dalam sehari laporan korupsi ke KPK mencapai 37 kasus.

 

Salah satu keprihatinannya menyangkut dampak buruk otonomi daerah. Yakni, terjadi perimbangan keuangan pusat dengan daerah hingga badan-badan legislatif. Fenomena baru itu mengakibatkan pejabat-pejabat rela menggelontorkan uang demi mengurus hak-hak daerah. Proses penyimpangan itu rumit karena melibatkan broker dengan pejabat penentu kebijakan atau pengguna anggaran.

  

Dalam bukunya, Bibit juga menceritakan bagaimana skandal pengadaan kerap terjadi. Itu merupakan kasus yang paling dominan ditangani KPK. Yang terjadi biasanya bermula dari kedekatan pengusaha dengan pejabat. Kasus semacam itu biasanya juga didominasi nafsu keserakahan. Pengusaha berusaha mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dari proses itu. Sebab, sebelumnya dia menjadi penyandang dana pemilu atau pilkada.

 

Dia juga menyorot ketimpangan gaji para kepala daerah dengan kebutuhannya selama ini. Hal tersebut menjadi titik awal kasus korupsi kepala daerah. Dia memperkirakan gaji gubernur sekitar Rp 10 juta per bulan. Apabila dikalikan 12 bulan dikalikan 5 tahun masa jabatan, pendapatan gubernur hanya Rp 600 juta. "Kalau dikaitkan dengan aktivitasnya, semua tak sebanding. Jawabannya karena mereka memiliki hidden income," ujar dia.

Setelah aktif lagi sebagai wakil ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), Bibit Samad Riyanto menerbitkan sebuah buku berisi pengalaman empirik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News