Dari The Tarix Jabrix ke Proses Stem Cell
Saya terus memberinya pengertian. Juga mengenalkannya dengan tim stem cell Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan tim stem cell RSUD dr Soetomo Surabaya. Di Unair ada lab stem cell dan bank jaringan. Ada Dr Ferdiansyah dr SpOT yang menjadi ketua regenerative medicine sebagai tim inti penggerak roda kegiatan stem cell.
Dibantu Dr Heri Suroto dr SpOT, Dr Joni Wahyuhadi dr SpBS, Dr Ugrasena dr SpA, Dr Hendy H. dr SpOG, dan Dr Dwikora dr SpOT. Total ada 50 profesor, doktor, dan dokter yang menekuni penelitian stem cell ini. Ketuanya: Prof Dr Fedik Abdul Rantam.
Saya mengenal baik para guru besar dan doktor di tim stem cell itu. Bukan saja karena saya orang Surabaya. Saya memang meminta BUMN PT Kimia Farma bekerja sama dengan Unair. Kerja sama seperti itu juga saya minta dilakukan dengan UI, Unpad, dan UGM.
Awalnya saya mengundang mereka ke Jakarta. Ternyata yang hadir lengkap. Full team. Delegasi itu dipimpin langsung oleh Rektor Unair Prof Dr Fasich Apt. Tim besar ini membeberkan semua temuan yang dihasilkan para peneliti Unair yang bisa diwujudkan secara nyata.
Salah satunya stem cell itu. Tim ini sudah melakukan stem cell kepada sekitar 40 orang dengan berbagai kasus penyakit. Ada yang karena patah tulang akibat kecelakaan, ada yang karena kelainan tulang sejak lahir, ada yang kelainan sampai jalannya membungkuk, serta ada yang karena leukemia, diabetes, stroke, dan kanker pankreas.
Iqbal saya tawari stem cell di Unair itu. Dia pun berdiskusi dengan tim. Iqbal akhirnya menerima. Pertimbangannya: toh berbagai cara sudah dilakukan dan belum berhasil. Hebatnya, Iqbal, sutradara muda berbakat ini, juga ingin mengabdikan dirinya dengan cara mendokumentasikan proses pengobatan yang nanti dijalani untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Minggu lalu proses awal sudah dilakukan. Penelitian atas gen dan cell-nya sudah selesai. Tim Unair sedang mencari cara agar Iqbal sedapat mungkin tidak menggunakan cell-nya sendiri. Kecuali terpaksa. Biasanya cell keluarga dekatnya cocok. Tapi, cell adik dan kakaknya ternyata tidak cocok.
"Padahal, kalau cocok 70 persen saja sudah cukup," kata Dr Purwati, sekretaris tim stem cell Unair. Dr Purwati, arek Jombang yang alumni Unair itu, mengambil gelar doktor di bidang ini. Juga di Unair. Disertasinya mengenai stem cell untuk pengobatan HIV..