Data COVID Denmark Hadirkan Optimisme, tetapi Pakar Masih Pesimistis
Mackie mengatakan ini sama dengan angka kematian global dari influenza, yang diperkirakan memakan korban antara 0,05 sampai 0,1 persen dari mereka yang terkena.
Dan dia menambahkan bahwa tingkat kematian karena Omicron BA.2 lebih rendah lagi karena semua orang yang meninggal dalam masa 30 hari setelah hasil tes positif sekarang ini dimasukkan sebagai kematian karena COVID-19.
"Penelitian yang dilakukan University of Copenhagen menghitung bahwa 40 persen kematian minggu lalu di Denmark adalah mereka yang meninggal dengan COVID, dan bukannya mereka yang meninggal karena COVID," katanya.
"Kalau kita membuat penyesuaian, maka tingkat kematian karena BA.2 adalah antara 0,045 persen sampai 0,027 persen," tambah Mackie.
Dengan tingkat kematian tersebut, Mackie mengatakan bahwa COVID-19 masih akan menyebabkan jutaan orang harus dirawat di rumah sakit setiap tahunnya namun pemerintah akan meningkatkan sistem layanan kesehatan untuk mengatasi dan bukannya menerapkan pembatasan seperti lockdown untuk membatasi gerak warga.
Pandangan pakar di Australia
Namun tiga pakar epidemiologi di Australia masing-masing menunjukkan keraguan atas analisa data yang dilakukan ekonom David Mackie.
Secara keseluruhan Pofessor Tony Blakely dari University of Melbourne mengatakan analisa mengnenai tingkat kematian dari Omicron BA.2 dibandingkan dengan kematian karena flu 'bisa diterima'.
Seorang ekonom yang menganalisa data COVID sejak awal pandemi memperkirakan varian Omicron akan menjadi varian terakhir yang membahayakan di negara-negara yang sudah memiliki tingkat vaksinasi tinggi
- Dunia Hari Ini: Puluhan Tewas Setelah Kereta di Pakistan Dibajak
- Dunia Hari Ini: Kecelakaan Bus di Afrika Selatan, 12 Orang Tewas
- Siklon Alfred 'Tak Separah yang dibayangkan', Warga Indonesia di Queensland Tetap Waspada
- Dunia Hari Ini: Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap di Bandara
- 'Selama Ini Ternyata Saya Dibohongi': Kerugian Konsumen dalam Dugaan Korupsi BBM
- Keberadaan Seorang Warga Indonesia di Tasmania Sempat Dikhawatirkan