Data COVID Denmark Hadirkan Optimisme, tetapi Pakar Masih Pesimistis

 Data COVID Denmark Hadirkan Optimisme, tetapi Pakar Masih Pesimistis
Data COVID Denmark Hadirkan Optimisme, tetapi Pakar Masih Pesimistis

Namun Professor Blakely menambahkan bahwa ada alasan untuk optimistis bahwa varian baru akan kurang ganas dibandingkan varian sebelumnya.

"Karena setiap kali varian baru muncul, kita sebagai populasi sudah memiliki banyak vaksinasi dan juga banyak kasus sehingga tingkat penularan jadi lebih rendah," katanya.

"Sebagai contoh kalau Omicron muncul 18 bulan lalu maka akan lebih menular namun tidak seburuk Delta.

"Jadi memang wajar berpendapat bahwa varian baru di masa depan akan lebih jinak karena sudah adanya tingkat kekebalan yang terbentuk sehingga kemudian akan menjadi seperti flu biasa.

"Tetapi tidak ada jaminan hal tersebut akan terjadi. Kita bisa saja tidak beruntung dan muncul varian baru yang lebih ganas sehingga diperlukan lockdown, penggunaan masker dan juga vaksin yang lebih bagus lagi."

Masih ada dampak jangka panjang terkena COVID

Selain risiko penularan karena adanya varian baru, Adrian Esterman dari University of South Australia  di Adelaide mengatakan bahwa analisa JP Morgan tersebut tidak menyebut soal dampak jangka panjang dari mereka yang terkena COVID.

"Penulis laporan melupakan long COVID. Sekitar 30 persen mereka yang terkena memiliki masalah kesehatan jangka panjang," kata Professor Esterman .

"Saya berharap artikel tersebut benar dan kita bisa masuk ke masa endemi namun saya kira itu tidak akan terjadi samai adanya vaksin generik untuk menangkal semua varian  SARS-CoV-2."

Seorang ekonom yang menganalisa data COVID sejak awal pandemi memperkirakan varian Omicron akan menjadi varian terakhir yang membahayakan di negara-negara yang sudah memiliki tingkat vaksinasi tinggi

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News