Data Ekonomi Amerika Serikat Ngeri-Ngeri Sedap, The Fed Masih Agresif?
jpnn.com, JAKARTA - Data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis Senin (1/8) beragam. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pengeluaran untuk proyek konstruksi AS turun 1,1 persen pada Juni, penurunan terbesar dalam lebih dari satu tahun.
Penurunan itu terjadi lantaran pengeluaran untuk konstruksi publik jatuh pada tingkat tertinggi dalam lebih dari lima tahun.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur S&P Global Amerika Serikat yang disesuaikan secara musiman tercatat 52,2 pada Juli, turun dari 52,7 pada Juni dan secara umum sejalan dengan perkiraan yang dirilis sebelumnya di 52,3.
Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas manufaktur turun sedikit menjadi 52,8 pada Juli dari 53,0 pada Juni, level terendah sejak Juni 2020.
Melihat data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan Bank Sentral Federal Reserve System (The Fed) tak akan lagi agresif dalam meningkatkan suku bunga acuan.
Sebab, The Fed mempertimbangkan peningkatan risiko resesi di Negeri Paman Sam.
"Ini yang memang menjadi asesmen baik dari BI maupun pasar dengan kemarin adanya kenaikan suku bunga yang agresif dari Fed," ujar Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 202 di Jakarta, Senin (1/8).
Adapun Fed baru saja meningkatkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) dalam pertemuan Juli 2022 sehingga bunga kebijakan The Fed kini menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis Senin (1/8 ) waktu setempat beragam, namun menandakan adanya resesi teknikal di Negara Paman Sam
- Denny JA Sebut Prabowo dapat Sentimen Negatif soal Pilkada Dipilih DPRD
- Alhamdulillah, Anggaran Kredit Investasi Padat Karya Mencapai Rp 20 Triliun
- Kabar Baik, Target KUR 2025 Naik jadi Rp 300 Triliun
- Banggar DPR RI Minta Pemerintah Menyiapkan 9 Langkah Setelah PPN 12 Persen Berlaku
- Trump Berambisi Rampas Terusan Panama, Begini Reaksi China
- Donald Trump Berkuasa Lagi, Jenis Kelamin Bakal Jadi Urusan Negara