Data Ekonomi Amerika Serikat Ngeri-Ngeri Sedap, The Fed Masih Agresif?
Dalam pertemuan tersebut pada awalnya Ketua Fed Jerome Powell meyakini AS masih jauh dari resesi.
Namun, sehari setelahnya Negeri Adidaya memasuki resesi teknikal usai rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan II-2020 yang mencatat kontraksi 0,9 persen (year-on-year/yoy) sehingga menjadikan adanya pertumbuhan negatif dua kuartal beruntun.
Perry memproyeksikan The Fed akan meningkatkan suku bunga acuan lebih rendah, yakni 50 bps pada pertemuan berikutnya di September 2022.
"Memang ada upward risk kenaikan bunga acuan sebesar 75 bps pada bulan September 2022, tapi dengan risiko data resesi kemungkinannya adalah 50 bps," tuturnya.
Selanjutnya pada triwulan keempat tahun ini, Perry memperkirakan Otoritas Moneter AS akan menaikkan bunga acuan dengan tingkat yang lebih rendah lagi, yakni 25 bps atau 50 bps.
Kendati, bank sentral negara lain ramai-ramai menaikkan suku bunga acuan, tetapi tidak menjadikan BI otomatis meningkatkan suku bunga kebijakan pula.
"Semuanya tergantung kondisi di dalam negeri, kebijakan suku bunga BI didasarkan pada proyeksi inflasi inti dan pertumbuhan ekonomi," tegas Perry. (antara/jpnn)
Data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis Senin (1/8 ) waktu setempat beragam, namun menandakan adanya resesi teknikal di Negara Paman Sam
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Mendes PDT Yandri Susanto Lihat Potensi Besar Desa Ada di Sini
- AS Optimistis Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dengan Pemerintahan Baru
- Indonesia Siap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Berkelanjutan dari AS
- Tegas, YLKI Tolak Kenaikan PPN 12 Persen
- Grant Thornton Indonesia Kupas Tuntas Strategi RI Hadapi Tantangan Ketidakpastian Ekonomi
- Kisah Sukses Nasabah PNM Mekaar, Ekspor Olahan Sisik Ikan ke Berbagai Benua