Data Pemerintah Naikan BBM Tidak Realistis
Senin, 26 Maret 2012 – 10:12 WIB
JAKARTA--Alasan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi demi menyelamatkan APBN agar tidak jebol ternyata tidak realistis. Pasalnya, defisit subsidi dapat ditutup dari sisa anggaran APBN yang tidak terserap (Sisa Anggaran Lebih/SAL).
"Jika dalam RAPBNP 2012 lifting minyak 930 ribu barel/hari, ICP 105 dollar AS/barel, subsidi listrik maksimal 90 trilliun rupiah, SAL 30 triliun rupiah digunakan semua, dan harga BBM bersubsidi tetap 4500 rupiah per liter, semua belanja tetap seperti APBN 2012 maka APBNP 2012 tidak akan jebol," kata anggota Komisi XI DPR, Sadar Subagyo kepada wartawan di Jakarta.
Sadar bahkan mempertanyakan apa dasar penetapan harga 105 dollar AS pada APBN 2012. Padahal dalam APBN 2011 saja, asumsi harga ICP 95 dollar AS/barel, sementara realisasi harga ICP mencapai 112 dollar AS/barel. Dimana rencana lifting minyak 950 ribu barel/hari, sedangkan realisasi hanya mencapai 900 ribu barel/hari.
"Terjadi selisih harga ICP sebesar 17 dollar AS/barel dan selisih realisasi sebesar -50.000 barel/hari, artinya terjadi beban subsidi bertambah sekitar 70 triliun rupiah. Namun APBN 2011 tetap sehat," tambahnya.
JAKARTA--Alasan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi demi menyelamatkan APBN agar tidak jebol ternyata tidak realistis.
BERITA TERKAIT
- Kasus Polisi Tembak Polisi, Ini Permintaan Walhi kepada Kapolri
- Prabowo Dinilai Berhasil Membawa Investasi Jumbo dan Gibran Sukses Jaga Stabilitas Politik di Tanah Air
- KPK Tetapkan Gubernur Bengkulu Tersangka, Ada Uang Rp15 M, Peras untuk Pilkada
- Mensos Gus Ipul Beri Bantuan Biaya Perbaikan Rumah Kepada Korban Longsor di Padang Lawas
- ASR Komitmen Bangun Penegakan Hukum Transparan & Adil di Sultra
- Hendri Satrio jadi Ketua IKA FIKOM Unpad