Data Pusat dan Daerah Berbeda, Hak Anak Stunting Berpotensi Hilang
"Adanya perbedaan data tersebut berdampak pada masyarakat yang tak memiliki akses terkait penyuluhan kesehatan," keluhnya.
Hal ini dialami oleh balita kembar di Desa Cibarani, Kecamatan Cisata, Kabupaten Pandeglang, Banten. Khaerul dan Khairil, begitulah nama kedua balita tersebut. Mereka tinggal di wilayah yang jarak ke puskesmas terdekat harus ditempuh selama 1 jam.
Wiwin, panggilan dari ibu balita kembar ini menjelaskan, Ia jarang membawa kedua anaknya ke puskesmas akibat jarak yang jauh. Akibatnya, tumbuh kembang dan asupan gizi Khaerul dan Khairil tak pernah terpantau. Kedua balita tersebut bahkan belum vaksin lengkap.
"Karena tidak cukup konsumsi sehari-harinya, anak saya diberi masing-masing 4 botol dot setiap harinya kental manis untuk susu mereka," tutur Wiwin.
Wiwin pun mengaku tidak paham terkait kebutuhan gizi yang diperlukan oleh dua balita berusia satu setengah tahun tersebut.
Selain itu, Dia juga mengeluhkan tidak adanya kader puskesmas maupun posyandu yang mendatanginya untuk penyuluhan stunting.
Khaerul dan Khairil menjadi salah satu contoh deteksi stunting yang masih belum maksimal hingga ke lapisan bawah. (esy/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Salah satu persoalan dalam penyelesaian stunting adalah perbedaan data antara pusat dan daerah. Akibatnya hak anak stunting terancam hilang.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad
- Ancaman TBC Melonjak, Pencegahan dan Pengobatan Harus Jadi Fokus
- Mayapada Breast Clinic jadi Layanan Terpadu untuk Kanker Payudara
- HUT Ke-60 Golkar, Ahmad Irawan Gelorakan Semangat dan Gaya Hidup Sehat
- Danone Indonesia Perkuat Peran Bidan sebagai Garda Terdepan Kesehatan Keluar
- Hari Kesehatan Nasional, Srikandi Movement PLN Tingkatkan Kepedulian Kesehatan Ibu & Anak
- PKN Membantu Pemerintah untuk Mengentaskan Masalah Stunting