Datang Tidak Terduga, Pergi Entah ke Mana

Datang Tidak Terduga, Pergi Entah ke Mana
Datang Tidak Terduga, Pergi Entah ke Mana
  Meski kehidupan Mbah Surip lebih banyak menggelandang dan jauh dari kesan mapan, dia sangat perhatian kepada anak-anaknya. Inilah kesaksian orang-orang yang pernah dekat dengan pria bernama asli Urip Ahmad Ariyanto itu.

Agung Putu-Sugeng Sulaksono, Jakarta

"Dulu itu dia bisa menjadi seorang yang datang tidak diduga, pergi juga entah ke mana," cerita Mamiek Prakoso, komedian anggota Srimulat. Mamiek adalah salah satu saksi yang mengetahui secara persis bagaimana Mbah Surip berjuang hidup di Jakarta.

Di mata Mamiek, gaya hidup Mbah Surip itu mengherankan sekaligus memprihatinkan. "Tapi, begitulah yang dia suka. Ternyata yang seperti itu yang membuat dia bahagia," ujarnya, sesaat setelah Mbah Surip meninggal dunia di rumahnya, Kampung Makassar, Jakarta Timur, Rabu (4/8).

Sebelum meninggal, Mbah Surip sempat bercerita bahwa ternyata tidak ada bedanya makan mahal seharga Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu satu porsi di hotel berbintang dengan makan di pinggir jalan. Mamiek mengungkapkan, justru Mbah Surip merasa lebih nikmat menumpang makan di rumah teman atau warung nasi biasa. "Dia ngajak si Varid (Wahyu), anaknya itu, untuk makan di rumah saja, lebih nikmat. Buat dia, tidur di hotel bintang lima sama di tikar di lantai rumah memang tidak ada bedanya. Yang dia nikmati bukan tempatnya, tapi tidurnya," cerita Mamiek.

  Meski kehidupan Mbah Surip lebih banyak menggelandang dan jauh dari kesan mapan, dia sangat perhatian kepada anak-anaknya. Inilah kesaksian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News