Datuk ITB
Oleh: Dahlan Iskan
Prof Reini juga baru mendarat dari Amerika. Dia dari MIT: menjalin kerja sama penulisan bersama antara peneliti MIT dan ITB.
"Kerja sama dengan lembaga sekelas MIT, kan, mahal. Yang sulit, kami harus menemukan cara agar bisa murah," ujar Reini. "Berhasil," lanjutnya.
Baru sekali ini saya menyaksikan gaya rektor ITB berpidato. Jauh dari formal. Penuh improvisasi. Bergaya apa adanya.
Juga baru sekali ini melihat gaya perminyakan ITB menampilkan acara doa. Yang memimpin doa: ketua jurusan. Baju dan celananya seperti baru pulang dari ladang minyak. Sangat alami. Tanpa dibuat-buat seolah si pembawa doa punya koneksi khusus dengan Tuhan.
Datuk Low Tuck Kwong tidak menyampaikan pidato. Dia memang rendah hati. Yang berpidato atas nama Datuk adalah Filda Citra Yusgiantoro, putri Purnomo.
Datuk tampil hanya untuk menekan tombol dan menggunting untaian bunga. Usianya 76 tahun tetapi jalannya masih tegak. Wajahnya penuh dengan senyum.
Dalam penerbangan dari Halim ke Bandung saya duduk di sofa sebelah Datuk, tetapi dalam penerbangan 20 menit itu Datuk lebih banyak mendengarkan obrolan saya dengan Alex. Direktur Bayan ini adalah menantu Purnomo.
Alex seorang doktor ilmu hukum ekonomi, perusahaan, dan keuangan dari University of California Berkeley.