Daya Beli Melemah, Jumlah Pemudik Menurun

Bhima Yudistira, direktur eksekutif Pusat Studi Ekonomi dan Hukum, atau Celios, mengatakan tren tersebut menunjukkan ekonomi yang sedang tertekan, didorong oleh kesulitan ekonomi, ditambah dengan depresiasi mata uang dan pemutusan hubungan kerja massal di bidang manufaktur.
"Hal ini telah melemahkan pendapatan perusahaan dan pendapatan pekerja yang menekan belanja konsumen," kata Bhima.
Prioritas bertahan hidup dibanding perayaan lebaran
Bhima menilai perayaan lebaran tahun ini teredam oleh realitas ekonomi yang keras, karena harga yang melonjak dan pendapatan yang menurun sehingga memaksa warga untuk memprioritaskan bertahan hidup daripada perayaan.
Ini dialami Endang Trisilowati, ibu empat anak yang mengatakan keluarganya harus mengurangi anggaran perayaan mereka.
"Jujur saja, kesulitan ekonomi ini berdampak pada kami," kata Endang.
Ia bercerita kalau biasanya ia memasak berbagai hidangan berbeda setiap Idul Fitri dan mengundang tetangga, tetapi sekarang ia hanya mampu membeli makanan sederhana untuk keluarganya.
"Banyak yang terpaksa mencari cara untuk makan di hari raya itu, tetapi semangatnya sedang rendah," katanya.
Meski terjadi penurunan, pemerintah tetap optimistis momentum Ramadan dan Idul Fitri mampu mendukung pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun 2025.
Data terbaru mencatat terjadinya penurunan jumlah pemudik dan lemahnya daya beli masyarakat di pekan lebaran tahun ini
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia
- Dunia Hari Ini: Siap Hadapi Perang, Warga Eropa Diminta Sisihkan Bekal untuk 72 Jam
- Rusia Mengincar Pangkalan Udara di Indonesia, Begini Reaksi Australia
- Dunia Hari Ini: Katy Perry Ikut Misi Luar Angkasa yang Semua Awaknya Perempuan
- Dunia Hari Ini: Demi Bunuh Trump, Remaja di Amerika Habisi Kedua Orang Tuanya