'Deadline' Pendemo Lewat, Thailand Kian Rawan
Kamis, 09 April 2009 – 17:46 WIB
BANGKOK - Dari demo besar-besaran puluhan ribu orang yang digelar sejak Selasa (7/4) lalu, muncul ultimatum untuk mengundurkan diri bagi PM Thailand Abhisit Vejjajiva. Deadline-nya adalah pukul 4 sore, Kamis (9/4) ini, dan hingga berita ini diturunkan, Abhisit terlihat tak hendak menuruti keinginan massa pendukung Thaksin Shinawatra itu. Thailang memang tengah berada di masa-masa krisis politiknya, terutama setelah puluhan ribu massa berbaju merah (warna khas pendukung Thaksin, Red), beberapa hari ini berkumpul dan melakukan aksi demo di luar istana pemerintahan. Rabu (8/4), jumlahnya bahkan dilaporkan mencapai hampir 100 ribu orang. Mereka menyatakan bahwa Abhisit tidak terpilih secara demokratis dan dianggap sebagai dalang jatuhnya Thaksin, sekaligus memintanya turun dan agar diadakan pemilihan ulang.
Yang pasti, sampai sejauh ini tak ada berita tentang penyataan mundur maupun tindakan apapun sesuai keinginan pendemo, dari pihak sang PM. Ini dimaklumi, karena sebelumnya pun Abhisit sudah menyatakan bahwa keinginan para pendemo itu membingungkan dan tidak jelas.
Adapun terkait deadline ultimatum itu sendiri, para pimpinan pendemo menyatakan jika tidak dipenuhi, maka mereka bakal meningkatkan upaya menggoyang pemerintahan. Setidaknya - meski tanpa merinci upaya seperti apa yang akan dilakukan - demikian diungkapkan oleh Jatuporn Prompan, salah seorang unsur pimpinan pendemo, sebagaimana dikutip oleh CNN.
Baca Juga:
BANGKOK - Dari demo besar-besaran puluhan ribu orang yang digelar sejak Selasa (7/4) lalu, muncul ultimatum untuk mengundurkan diri bagi PM Thailand
BERITA TERKAIT
- Demi Perdamaian, Negara Tetangga Minta Ukraina Ikhlaskan Wilayahnya Dicaplok Rusia
- Bertemu Paus Fransiskus, Arsjad Rasjid Bawa Misi Kemanusiaan
- Beginilah Cara Iran Merekrut Warga Israel Jadi Mata-Matanya
- Hmmm... Puluhan Warga Yahudi Israel Mau Jadi Mata-Mata Iran
- Erdogan Jorjoran Menyokong Musuh Assad, Apa Kepentingan Turki di Suriah?
- Geledah Kantor Presiden, Polisi Korsel Cari Bukti Pengkhianatan