Debat Dalam Bus
Oleh Dahlan Iskan
Maka pemilik HP itu merangkap jadi operator. Mendekatkan corong mikrofon ke HP. Lumayan.
Hanya saja tidak bisa sempurna. Sesekali sinyalnya putus.
Saya sendiri sebenarnya tidak tertarik mengikuti debat itu. Beberapa penumpang juga jatuh terkulai: tertidur. Pasti isi debat itu tidak menarik baginya. Juga bagi saya.
Namun, saya harus tetap membuka telinga. Saya kan harus menulis untuk DI’s Way. Itulah wartawan. Harus biasa mengerjakan apa saja. Pun yang tidak ia suka.
Tapi keadaan membuat saya tidak bisa mengikuti debat itu. Secara utuh. Tidak bisa memperhatikan body language mereka. Maka tidak baik kalau saya menulis hanya berdasarkan pengamatan yang sepotong.
Apalagi, dari yang sepotong itu, saya tidak menangkap ide besar yang jadi bahan perdebatan. Atau ide besar itu sebenarnya ada. Untuk Indonesia. Saat sinyal HP lagi off agak lama.
Saya hanya menangkap sedikit kesan: Prabowo kurang siap untuk bersilat lidah. Betapa mudah sebenarnya mematahkan serangan Jokowi itu. Setidaknya secara lisan.
Akhirnya kami tiba di Singkawang. Setelah debat itu selesai agak lama tadi. Tidak ada penumpang yang memperdebatkan debat tadi. Kami semua berteman baik. Tidak ingin ada yang saling terganggu.
Saya hanya menangkap sedikit kesan: Prabowo kurang siap untuk bersilat lidah. Betapa mudah sebenarnya mematahkan serangan Jokowi itu. Setidaknya secara lisan.
- Doktor TK
- Pakar Politik Menyamakan Jokowi dengan Pembunuh Berdarah Dingin, Ini Sebabnya
- Jokowi Aktif Mendukung Paslon Tertentu, Al Araf: Secara Etika Itu Memalukan
- Al Araf Nilai Jokowi Memalukan Turun Kampanye di Pilkada 2024
- Pengamat Heran PDIP Protes Mega Ada di Stiker 'Mau Dipimpin Siapa?'
- Mampir Guyon