Debat Normatif
dah
Betapa mudah sebenarnya. Jab itu ditangkis dengan jurus silat. Tapi Prabowo seperti lupa punya padepokan silat raksasa di dekat Taman Mini itu.
Sandi Uno yang masih jernih. Tidak mau terlibat di dua isu itu. Dengan pernyataannya yang proporsional. Serangan Jokowi itu ia nilai ke Partai Gerindra. Yang Sandi mengatakan sudah keluar dari sana.
Tapi Sandi juga terlalu memaksakan skenario yang sudah terlanjur disiapkannya. Isu ekonomi. Semua ia tarik ke ekonomi: saat bicara HAM, bicara korupsi, disabilitas, dan bicara terorisme.
Semua capres masih terlalu dominan bicara normatif. Misalnya “laporkan saja kalau memang ada bukti”.
Bahkan meleset dari dasar-dasar topik. Misalnya “koruptor ditangkap itu tidak termasuk melanggar HAM”.
Prabowo masih sering salah memilih diksi. Jokowi masih sering terasa membaca.
Ahli debat memang tidak ada yang jadi capres. Dan capres tidak ada yang ahli debat. Dan apakah debat memang penting. (***)
Ira Koesno, sang moderator, kelihatan terlalu mendikte. Tetapi dua calon presiden kita itu tetap keras kepala.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dukung Visi Prabowo, PAM Jaya Gandeng Lemhannas Jaga Ketahanan Air di Jakarta
- Partner Dansa
- Jokowi Wariskan Masalah Birokrasi, Prabowo Harus Bertindak Lebih Berani
- NasDem Mau Ajak Jokowi Bergabung? Willy Singgung Kenyamanan Pundak Surya Paloh
- Kertajati Mati
- Jokowi Dipecat PDIP, Golkar Siap Menampung