Debat Santri

Oleh: Dahlan Iskan

Debat Santri
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Misalnya: avatar. Apakah lewat AI juru dakwah hebat-hebat waini akan mengopi diri ke dalam bentuk avatar-avatar. Lalu avatar itu mendominasi jagat baru dakwah kita.

Baca Juga:

Apakah ketika era itu tiba, masih "lakukah" para juru dakwah level bawah. Akankah hanya juru dakwah terkemuka yang menjadi winner takes it all. Seperti Google, TikTok yang menghabisi aplikasi sejenis.

Berimajinasi seperti itu sulit bagi para santri. Imajinasi santri dibatasi oleh doktrin.

Namun, imajinasi sendiri tidak bisa dikekang. Dia liar seperti suket teki. Sulit dibasmi.

Di samping itu, dunia dakwah itu sensitif. Itu menyangkut doktrin. Semua muslim wajib berdakwah: walau pengetahuannya hanya sangat minimal –satu ayat.

Pokoknya tema itu menarik, apalagi bagi anak muda usia SMA. Masih ada waktu lebih empat bulan. Bisa banyak belajar. Bisa banyak merenung.

Juga masih bisa banyak diskusi. Saran saya tim yang akan ikut debat segera dibentuk. Satu tim tiga orang. Satu pondok pesantren bisa mengirim lebih dari satu tim. Mereka harus mendapat surat pengantar dari pimpinan pondok.

Tidak semua harus atas nama pondok pesantren. Atas nama lembaga apa pun boleh. Asal usianya setingkat Aliyah-SMA. Pun boleh tim itu independen. Misalnya satu santri dari pondok A, bersatu dalam tim dengan santri dari pondok B dan C.

Kami pun sepakat tidak langsung ke Lasem. Tidak jauh setelah melewati Sarang, kami belok kiri. Mampir ke pondok pesantrennya Gus Baha.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News