Debat Tak Kunjung Usai
Jumat, 07 Agustus 2009 – 20:37 WIB
BUKITTINGGI yang sejuk tak kuasa menyetop perdebatan ideology ekonomi pada Kongres ke 17 Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) pada 30 Juli-1 Agustus 2009 lalu. Bendi atau andong, ikon ekonomi kerakyatan di kota kelahiran Bung Hatta, wapres RI yang pertama tak secanggih mobil impor, simbol neoliberalisme yang meluncur di jalanan yang bersih, nyaris tanpa sampah. Dorodjatun memaparkan gerakan Soekarno pada era demokrasi terpimpin telah mendekonstruksi sistem liberal kapitalis warisan Belanda. Nasionalisasi milik asing gencar. Tapi inflasi meroket dan rupiah merosot. Pengangguran dan kemiskinan tak terkendali.
Perdebatan para ahli dalam kongres itu mengkonfirmasikan bahwa debat ideologi ekonomi belum selesai. Tiga guru besar FE-UI, yakni Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Djisman Simandjuntak dan Sri Edi Swasono berada di kutub yang berseberangan.
Baca Juga:
Sebagai seorang yang “hanya” mengikuti berita-berita melalui media massa, baik Dorodjatun dan Simanjuntak di kubu “kanan” maupun Sri Edi di kubu “kiri” – jika istilah ini dapat diterima, tampaknya lebih fokus pad ide-ide besar tokoh di zaman yang beda, sebutlah antara Soekarno-Hatta dan Soeharto dengan meluputkan praktek yang terjadi. Terkesan bias teori.
Baca Juga: