Dedi Mulyadi: Berbeda dengan Publik, Golkar Tunggu Kematian

jpnn.com, JAKARTA - Rapat pleno yang dihelat pada Selasa (21/11) malam sebenarnya menjadi momentum bagi Partai Golkar untuk mendepak ketua umumnya, Setya Novanto.
Namun, Golkar ternyata tak mengambil opsi itu karena kuatnya adu kepentingan di internal.
Pengamat politik Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti mengatakan, menyelamatkan nama besar Golkar jauh lebih penting ketimbang tetap berkutat dengan urusan Novanto.
”Menurut saya, saat ini tidak ada pemisahan yang jelas antara pendapat individu dengan kepentingan organisasi. Sebab, masyarakat menjadi sulit melihat pemisahan antara Setnov dengan Golkar,” ujar Ray dalam diskusi bertajuk Mencari Pemimpin Baru Partai Golkar di kantor DPP Kosgoro 1957, Rabu (22/11).
Menurut Ray, rapat pleno itu seharusnya tidak hanya sekadar pelimpahan kewenangan dari Setnov kepada Idrus Marham sebagai Plt ketum.
Golkar, sambung Ray, seharusnya juga bisa menunjukkan posisi bahwa organisasi tak terkait dengan tindakan individu Novanto.
”Jadi, harusnya bukan hanya pelimpahan, tapi juga menonaktifkan supaya Golkar punya komitmen kuat di pemberantasan korupsi,” kata Ray.
Di tempat yang sama, Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi berbicara keras terkait posisi Partai Golkar saat ini. Menurut dia, elektabilitas Golkar di beberapa daerah menurun.
Rapat pleno yang dihelat pada Selasa (21/11) malam sebenarnya menjadi momentum bagi Partai Golkar untuk mendepak ketua umumnya, Setya Novanto.
- Libur Lebaran, Pengelola Wisata Jabar Diminta Maksimalkan Persiapan Infrastruktur Hingga Keamanan
- Dedi Mulyadi Singgung soal Pengelolaan Keuangan Daerah saat Salat Id
- Dedi Mulyadi: Mudik Lebaran 2025 Jauh Lebih Baik Dibandingkan Tahun Sebelumnya
- Dedi Mulyadi Beber Alasan tak Pernah Berkantor di Gedung Sate
- Sinyal Jokowi Gabung PSI Makin Kuat, Golkar: Pasti Ada Hitungan Politik
- Hadiri Buka Puasa Bersama PM Kamboja, Ketum PP AMPG Sampaikan Salam dari Presiden Prabowo & Ketum Golkar Bahlil