Dedi Mulyadi: Berbeda dengan Publik, Golkar Tunggu Kematian

Misalnya di wilayahnya dari 18 menjadi 12 persen karena kasus Pilgub DKI Jakarta 2017.
Bahkan, di DKI Jakarta sendiri elektabilitas Golkar di bawah tiga persen.
”Dulu, Golkar hampir dibubarkan. Kami survive. Kalah sekali (Pemilu 1999) lalu menang (2004). Partai Golkar tumbuh karena menerapkan demokratisasi maksimal,” ujar Dedi.
Persoalan saat ini muncul karena ada ironi terkait komitmen Partai Golkar dalam mendukung Presiden Joko Widodo.
Komitmen itu, menurut Dedi, adalah hal yang tidak bisa diganggu gugat.
Namun, seharusnya Partai Golkar bisa melakukan kreasi demi menumbuhkan elektabilitas.
”Ketika Golkar mendukung Pak Jokowi harusnya adaptif. Turun ke daerah, kebijakan pemerintah dikreasi, keluar gagasan dalam karakter Partai Golkar,” tegasnya.
Dia mengatakan, persoalan Novanto jauh lebih kecil dibandingkan masalah Golkar pada 1998.
Rapat pleno yang dihelat pada Selasa (21/11) malam sebenarnya menjadi momentum bagi Partai Golkar untuk mendepak ketua umumnya, Setya Novanto.
- Rencana Dedi Mulyadi Sulap Gedung Pakuan Jadi Museum, Alasannya
- Libur Lebaran, Pengelola Wisata Jabar Diminta Maksimalkan Persiapan Infrastruktur Hingga Keamanan
- Dedi Mulyadi Singgung soal Pengelolaan Keuangan Daerah saat Salat Id
- Dedi Mulyadi: Mudik Lebaran 2025 Jauh Lebih Baik Dibandingkan Tahun Sebelumnya
- Dedi Mulyadi Beber Alasan tak Pernah Berkantor di Gedung Sate
- Sinyal Jokowi Gabung PSI Makin Kuat, Golkar: Pasti Ada Hitungan Politik