Dekati Penggemar, Tunda 'Home-Away'

Seperti Tren F1, NBL Indonesia Syaratkan Venue di Tengah Kota

Dekati Penggemar, Tunda 'Home-Away'
NBL - Legenda NBA Sam Perkins (kiri), Ketua Umum PB Perbasi Noviantika Nasution, Commissioner NBL Indonesia Azrul Ananda, Ketua Dewan Komisaris NBL Indonesia Bella Erwin Harahap, serta Legenda WNBA Sue Wick, saat acara Launching NBL di Hotel Four Seasons, Jakarta. Foto: Hendra Eka/Jawa Pos.
SURABAYA - Nama baru, semangat baru, regulasi baru. Itulah yang terjadi di National Basketball League (NBL) Indonesia yang sebelumnya bernama Indonesian Basketball League (IBL). DBL Indonesia selaku penyelenggara melakukan beberapa perubahan besar untuk membuat kasta tertinggi kompetisi basket professional tanah air itu lebih baik lagi.

Salah satu hal baru paling mendasar dalam penyelenggaraan NBL adalah tidak dipakainya sistem home-away. Padahal, sistem itu adalah model yang dianggap paling ideal, karena hampir semua liga bergengsi di dunia menggunakannya. Baik itu di olahraga basket maupun sepakbola.

Namun, DBL Indonesia memiliki alasan kuat untuk tidak menggunakannya, dan mengganti dengan sistem home tournament. "Semua sebenarnya berbasis pada efisiensi biaya. Baik untuk penyelenggara maupun tim-tim peserta," kata Azrul Ananda, Direktur DBL Indonesia sekaligus Commissioner NBL Indonesia, Senin (31/5) kemarin.

Azrul menyebut, kondisi perbasketan profesional di Indonesia cukup unik. Di antara 10 kontestan NBL Indonesia, tujuh di antaranya bermarkas di Jakarta. Hanya Bimasakti Malang, CLS Knights Surabaya, serta Satya Wacana Angsapura Salatiga yang bermarkas di luar ibukota. Dua tim, yakni Garuda Flexi Bandung dan Muba Hang Tuah IM Sumatera Selatan, memang menggunakan nama daerah. Namun, sehari-hari latihan mereka di Jakarta.

SURABAYA - Nama baru, semangat baru, regulasi baru. Itulah yang terjadi di National Basketball League (NBL) Indonesia yang sebelumnya bernama Indonesian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News