Deliana Fatmawati, Wasit Perempuan Berlisensi FIFA

”Dari situ mamak akhirnya luluh mendukung karir Deli sebagai wasit. Ya, walaupun di depan Deli bilangnya apa itu kerja ko? Kalau angkat-angkat bendera gitu saja, mamak pun bisa, hehehe,” ungkapnya.
Laga pertama yang dipimpin Deli adalah turnamen antar-SSB (sekolah sepak bola) U-12 pada 2011. Bayarannya Rp 130 ribu per hari. Dan harus bertugas dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB.
Tapi, bukan bayaran dan durasi tersebut yang membuat pengalaman pertama itu tak terlupakan. Melainkan karena dia sempat ditolak para orang tua yang anak-anaknya berlaga.
”Mereka enggak mau pertandingan dipimpin wasit cewek. Ngomongnya pakai bahasa Sunda yang kasar lagi,” ucapnya.
Nyali Deli sebagai wasit debutan pun langsung ciut. ”Jadi, di laga-laga awal saya memilih jadi wasit cadangan saja,” katanya lalu tergelak.
Untung, di laga-laga selanjutnya yang dia pimpin, tak ada penolakan serupa. Tak ada pula pemain atau ofisial lain yang sampai menggoda, apalagi melecehkan.
”Tapi, kalau terkesan diremehkan sih sering. Enggak apa-apa, Deli bisa jawab keraguan mereka di lapangan,” katanya.
Jam terbang Deli selama ini lebih sering berjalan di pertandingan kelompok umur. Tapi, memimpin turnamen tarkam juga sering dia lakoni. Biasanya atas permintaan teman.
Deliana Fatmawati harus memendam dalam-dalam dulu keinginan memetik buah perjuangan panjang menjadi wasit berlisensi FIFA.
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu