Demi Mengubah Keadaan, Firli Rela Berjalan Kaki 16 Kilometer ke Sekolah
“Berat dan perih memang. Di kala teman SD berangkat diantar orang tua atau saudaranya dengan sepeda, saya berjalan kaki "nyeker" (tanpa alas kaki) pergi dan pulang sejauh 16 km ke sekolah setiap hari,” ujar Firli.
Firli melakukan itu karena tak mampu membeli sandal apalagi sepatu. Saking melaratnya, dia bahkan terpaksa membayar SPP dengan cara barter buah kelapa atau durian.
“Alhamdulillah kepala sekolah menerima," ujarnya.
Begitu pula masa SMP dan SMA. Hari-hari ia lalui dengan kerja keras demi menyonsong harapan di masa depan.
“Masa SMA, saya ikut kakak mengontrak di dekat SMA 3 Palembang, dan saya ingat betul setiap pulang sekolah, bersama kakak kami mencari ikan di rawa untuk ditukar dengan pisang serta beras ketan,” ungkap Firli.
Beras dan ketan lantas dibuat pepes ketan dan Firli bertugas menjualnya ke warung atau berkeliling dari kampung ke kampung.
Tentu saja hasil usaha tersebut belum mencukupi keperluan sekolah Firli. Oleh karena itu, dia juga bekerja sampingan sebagai pembantu rumah tangga, tukang cuci mobil, juga menjual spidol di Taman Ria Palembang.
“Tamat SMA, saya yang jelas tidak memiliki uang untuk melanjutkan jenjang pendidikan di universitas, mendaftarkan diri ikut sekolah yang dibiayai negara yakni Akabri. Tiga kali saya daftar, 3 kali juga gagal diterima," jelasnya.
Ketua KPK Firli Bahuri meyakini pendidikan menjadi senjata ampuh dan utama untuk mengubah suatu keadaan.
- Adaro Donasikan Paket Seragam Sekolah Senilai Rp 2,4 Miliar untuk Anak Kurang Mampu
- Arasoft Dorong Digitalisasi Pendidikan di Indonesia
- Komisi III Pilih Komjen Pol Jadi Ketua KPK, Pernah Menjabat Kapolda Sulut
- Komisi III DPR Pilih 5 Pimpinan KPK 2024-2029, Setyo Budiyanto Jadi Ketua
- Dorong Pengembangan SDM, Jawa Satu Power Bangun Gedung Sekolah untuk SDN Cimalaya 7
- Polda Metro Jaya Pastikan Kasus Firli Bahuri Terus Berlanjut